Namjachingu – Jinki with Onew Condition (Condition 7)

JOC- Condition 7
–Confuse!–

Author :  mamoTHo
Title : Namjachingu – Jinki with Onew Condition
Main cast : Lee Jinki (Onew), Han Jira (Urara)
Suport cast : SHINee’s member
Lenght : Sequel
Genre : Romance –  friendship – humor – sad
Rate : PG 13

This Story©mamoTHo

++(^_^)++

_AUTHOR POV_

Saat ini di dorm SHINee. Minho mulai merasa sudah ada yang aneh pada dirinya. Dia merasa kalau dia merasa nyaman bersama dengan Noona yang bernama Jira yang juga seorang yeojachingu Hyungnya.

“Ini salah! Ini jelas tidak boleh. Dia milik Onew hyung. Jangan bercanda.” Rutuk   Minho memarahi dirinya sendiri.

“Lagi pula aku dekat dengannya juga karena perintah hyung. Hyung sendiri yang meminta aku menjaganya saat dirinya tidak bisa disampingnya. Tapi.. sepertinya hyung salah menyuruh orang.” Gumam  Minho yang Lagi – lagi menyalahkan hyungnya seakan – akan yang membuat dia gila seperti ini adalah Jinki.

Kini dia membaringkan dirinya di tempat tidur. Namun, karena belum bisa tertidur dan ada beberapa hal yang mengganjal di pikirannya saat ini, dia pun menunda saat tidurnya untuk melamunkan sesuatu.   

“Jira Noona.. emm.. Han Jira.. pacar Onew hyung.” Gumamnya sambil menatap langit kamar.

“Sejak pertama bertemu Noona…” Minho memulai lamunannya mengenai Noona tersebut.

Aku sudah sangat merasa nyaman dengannya. Awal – awal jujur saja aku hanya kagum padanya. Aku selalu simpati kepada orang yang bekerja keras. Sama seperti dirinya. Noona sangat pekerja keras dan dia juga baik.

“Ya!!! Noona orang yang ku kenal pekerja keras! Aku jarang menemukan orang seperti itu.” katanya berbicara sendiri dengan langit kamarnya.

Dia tidak menganggapku seperti orang kebanyakan. Dia menganggapku teman. Dia juga nyaman berada disampingku. Aku senang, ketika Noona kesulitan dia selalu bercerita padaku.

“Yeah, walau ceritanya pasti bersangkut paut tentang Onew Hyung.” Gerutunya terhadap lamunannya sendiri.

Tapi. . walau begitu aku tidak keberatan karena dengan begitu Noona jadi merasa dekat denganku.    

“Aniya. Semua ini salahku..” tiba-  tiba saja dia menyalahkan dirinya. “Aku benar – benar bisa melenceng.” Umpatnya pada diri sendiri sambil menggigiti ujung selimut yang baru ditariknya.

“Arghhh!!! Kenapa aku selalu mengulangi hal yang sama dalam hidup!!” Rutuknya untuk kesekian kali pada dirinya sendiri.

Drrtt.. drrttt.. drttt…  

Baru saja dia memejamkan matanya dan berniat menghilangkan lamunannya, getar ponsel yang berada dibalik bantalnya terdengar. Dia segera mengambil handphone tersebut dan menatap layar handphone itu dengan sendu dan kemudian menghela nafas pelan.

“Yah, baru saja aku lamunkan.”

Sebuah message datang ke handphonenya. Dia membuka inbox tersebut.  Membacanya dan lagi – lagi menghela nafas untuk kesekian kalinya.

From Jira Noona:
Minho seng, kenapa Jinki belum pulang juga??

Lagi – lagi dia bertanya seputar hyung. Haish~~ aku rasa yang merasa hal aneh ini memang cuma diriku. Jira Noona sepertinya biasa saja. Pikir Minho sambil mengetik balasan padanya.

To Jira Noona :
belum Noona~

Namjachingu Jira –Lee Jinki memang belum pulang sejak kepergiannya beberapa hari yang lalu. Dan masih sama dengan kekonyolan namjachingunya, seorang Lee Jinki pun belum juga menghubungi Jira selama itu.

Sementara itu, Minho yang akhir – akhir ini menemani Noona-nya malah merasa aneh dan risih dengan pikirannya sendiri.

“Pasti setelah ini Noona akan menjadikan aku sebagai tempat pelampiasannya lagi. Sudah ku pastikan dia akan mencerca Onew hyung lewat diriku.” gerutu Minho bicara terlalu percaya diri walau kenyataanya memang Jira sering seperti itu padanya.

Minho tidak berpikiran untuk tidur lagi. Dia sekarang malah menatap layar ponsel itu berharap balasan cepat datang.

Jira Noona itu konyol. Pada awalnya aku menyangka kalau Noona itu orang yang serius. Namun ternyata dia lebih konyol dari yang ku kira. Pantas saja dia bisa menyamai level Onew hyung. Mereka berdua memang cocok. Sama- sama konyol.  Katanya begurmam dalam hati sambil menahan diri untuk tertawa.

“Hmm, sama –sama konyol namun aku rasa tidak cocok kalau keduanya punya sifat yang sama. Yang konyol tentu harus ditemani dengan orang yang cool dan kharismatik bukan?” Tanya Minho berbicara sendiri sambil menunggu balasan dari Jira. “Yeah, biasanya dunia kan memang seperti itu.” lanjutnya lagi.

“HYUNG!!!! AKU DARI TADI MENDENGAR KAU BICARA SENDIRI!!!” teriak suara agak berat namun tidak sopan dari luar kamar Minho.

“Sudah lah Taeminnie.. jangan ganggu si flaming charisma itu. dia memang aneh akhir – akhir ini.” bisik Key pada Taemin dengan suara yang di keraskan sengaja agar Minho mendengarnya.

Minho hanya mendecak sebal tidak menanggapi kedua orang tersebut yang berada di luar kamarnya. Akhir-  akhir ini para member memang sedang senang menggodanya. Sekalipun itu Taemin yang sangat Minho sayang, kini dia pun sudah berani menggoda Minho.

Handphone Minho bergetar lagi. Dia menatap layar Handphone tersebut dan tiba – tiba air mukanya terlihat kecewa.

From Jira Noona:
Oh..

Loh?! Kok hanya itu yang  Noona jawab. Pikir  Minho mulai cemas.

Kenapa dia jadi dingin begini? biasanya kalau aku jawab smsnya dan dia tidak mendapatkan apa yang dia mau dia pasti akan langsung bertanya seputar hyung dengan mendesak-desak padaku. Lalu seterusnya kami malah jadi smsan? Tapi, kenapa sekarang—  lanjutnya terus bertanya dalam hati merasa heran karena Jira terlihat tidak seperti biasanya.

To Jira Noona:
Noona ~ gwenchana?

Akhirnya Minho memutuskan untuk mengiriminya message tersebut.

5 menit dia menunggu balasan dari Jira. Tapi, balasan tersebut tidak kunjung datang.

“Kenapa dengannya??” tanyanya pada diri sendiri dan langsung bangkit dari tidurnya dan duduk di ranjangnya.

Kenapa dengannya? apa aku berbuat salah padanya kemarin – kemarin? apa aku salah bicara? Andwae! Kenapa dia jadi tidak seperti biasanya? Pikir Minho mulai khawatir.

KLEK~~

Seseorang masuk kamar tersebut. Seorang namja berkulit susu –sang maknae Taemin. Dia melihat sekilas ke arah Minho namun karena Minho diam tidak menanggapinya akhirnya namja itu naik ke ranjang milik Jonghyung yang ada disebelah ranjang Minho.

Taemin yang baru datang pun berbaring sambil bergumam sendiri, “Hmm~~~ ada orang aneh akhir – akhir ini.” katanya dengan maksud mencibir Minho.

Minho tahu siapa yang dibicarakan maknae. Itu pasti dirinya. Yang aneh akhir – akhir di dorm kan hanya dirinya. Namun, Minho tidak menanggapi dan terus masuk ke lamunannya.

Hari ini di Konkuk, Dia memang tidak menemukan Jira. Lebih tepatnya selama dua hari ini antara Minho dan Jira tidak ada yang bertemu. Dan pesan dingin terakhir yang Minho terima barusan adalah pesan dingin pertama yang diterima dari seorang Noona yang selama ini ia kenal baik. Hal  ini sungguh membuat Minho khawatir.  Khawatir karena tiba – tiba detik ini juga sebesit pikiran datang di kepala Minho kalau Noona itu seperti sedang menghindarinya.

“Minho hyung, aku rindu pada Onew hyung.” sahut Taemin tiba – tiba namun ucapan itu membuat Minho sedikit jengkel karena beberapa hari yang lalu dia pun mendengar itu dari mulut Han Jira –Noona yang saat ini dirasa nyaman untuknya.

“Ah~ Onew hyung tidak ada. Sungguh membosankan.” Lanjut si maknae namun Minho hanya tersenyum malas menanggapinya.

“My son Taeminniiii….. ini banana milk untuk mu!” sahut seseorang yang ikut masuk ke kamar peristirahatan Minho. “Jonghyun baru pulang dari supermarket, dan dia membeli banana milk banyak hanya untuk kau!” ujar Key sambil memberikan banana milk dingin itu pada Taemin.

Minho melihat ke arah Key dengan tajam. Mungkin kali ini dia risih karena beberapa orang ini berisik dan mengganggunya disaat dirinya sedang merasa galau.

“AHHHH~~ “ Teriak Key lepas sambil menjatuhkan dirinya di ranjang Minho. “Astaga leader kita… kasian deh!”

Taemin terkekeh mendengarnya, “ Yang rindu padanya tidak aku saja. Rupanya hyung juga.” Sahut Taemin pada Key.

Key memiringkan kepalanya melihat ke arah  taemin yang mulai menyeruput minumannya lalu tersenyum kecil sambil mengangguk ringan.

“Oi Minho!! kau sungguh kelihatan tidak bersemangat? Apa kau sakit?” tanya Key menoleh ke sebelahnya, ke seorang namja yang duduk di atas ranjangnya sambil menggenggam handphone miliknya.

“Ani.” Jawab Minho singkat dan padat.

“APA KITA PERLU MAIN GAMES??? BOSAN IH!!!!” lagi – lagi untuk kesekian kalinya seseorang dengan heboh datang ke ruangan tersebut yang membuat Minho mencengkram kesal sprei tempat tidur miliknya.

“Hyung! Apa kita perlu main winning eleven lagi?” tanya Taemin dengan mata puppy eyes-nya. Perlu di jelaskan, semenjak Jinki tidak ada disana, rupanya para member lebih sering berleha – leha di dorm.

“Minho hyung pasti suka! iya kan?” tanya Taemin namun ditanggapi Minho dengan biasa saja.

“Yaa!!  Minho! tolong tunjukan semangat mu lah. Kau seperti namja yang tidak makan dan masuk ke dunia suram 2 hari ini.” Ucap Jonghyun yang ditanggapi member lain dengan anggukan.

Sudah tahu bahwa arah pembicaraan ini akan kemana. Tiba-  tiba saja Minho berdiri dan melengos pergi meninggalkan mereka bertiga.  Hal itu jelas membuat Jjong, Taemin, bahkan Key tercengang karena melihat sifat Minho yang jadi berubah drastis, dan itu sungguh membuat mereka jadi jengkel sendiri.

++(^_^)++

# Net..net..net… bel apartemen Jira berbunyi.

“Siapa pula malam-malam begini mampir?” Jira yang sedang berkutat dengan netbooknya langsung segera beranjak dari tempatnya saat mendengar bel apartemen tersebut berbunyi.

# Net..net..net…

Jinki? Mungkin kah dia? Apa dia ingin memberi kejutan padaku? Pikir Jira  sambil menuju pintu.

Klek~ dia mulai membuka pintunya.

“Yaa! Bukannya kau sudah punya nomor pin kamar ini— MINHO???????” Pekik Jira begitu terkejut saat mengetahui yang mengunjunginya malam-malam begini adalah seorang Choi Minho bukan Lee Jinki.

Namja itu hanya berdiri di depan pintu dengan menunjukan air muka yang cemas.

“Kau—“ pekik Jira untuk sekian kalinya karena masih terkejut kenapa hoobae yang selama 2 hari ini dihindarinya malah ada di depan apartemennya saat ini.

Minho menghela nafasnya, “Ne aku. Ternyata Noona baik – baik saja.”

“Nde?” Jira terlihat kebingungan dengan maksud namja itu.

“Boleh kah aku masuk?” pinta Minho namun langsung melengos masuk ke apartemen tersebut tanpa diiyakan oleh yeoja yang masih terpaku di pintu apartemennya.

Jam menunjukan pukul 11 malam dan Minho datang tiba-tiba tanpa memberitahu Jira terlebih dahulu. Jelas hal itu membuat Jira jadi gamang karena ini untuk pertama kalinya Minho datang semalam ini. Sedang terakhir kali namja yang datang di tengah malam seperti ini cuma satu orang itu, Lee Jinki.

“Kenapa datang kesini?” tanya Jira terkesan dingin. “Apa Jinki memberi kabar padamu? Ada dimana dia? Apa dia menanyakanku?” tiba – tiba saja dia kelihatan bersemangat saat menanyakan kabar Jinki. Padahal itu dia lakukan sengaja untuk memperlihatkan rasa pedulinya pada Jinki dan menutupi keraguan yang sebenarnya.

Ekspresi Minho berubah seketika ketika mendengar pertanyaan yang bertubi – tubi seputar Onew hyung itu. Dia diam tidak menggubris pertanyaan Jira yang kini berjalan di belakangnya.

“Yaa! Minho! serius! Apa dia menghubungi mu?” tanya Jira sekali lagi.

Minho berbalik dan menatap wajah Jira yang agak terkejut saat Minho berbalik tiba – tiba dan hampir membuat Jira menabraknya.

“Aku kesini karena khawatir. Bukan karena hyung.” Respon Minho dengan suara beratnya.

“Nde??”

Minho menghela nafas pelan, “Noona tadi membalas smsku dengan dingin. Aku pikir Noona marah padaku. Atau mungkin kau sedang tidak sehat. Makanya aku kesini. Aku cukup khawatir kau tiba – tiba berubah.”

Deg. Sesuatu menghentikan detak jantung Jira saat ini. Mendengar ucapan Minho yang seperti itu untuk kesekian kalinya kembali membuat yeoja itu ragu akan perasaannya pada Jinki.

Ah dia sadar ternyata aku sedang menghindarinya. Ottokhae? Kenapa malah jadi begini sih jadinya. Rutuknya kesal pada diri sendiri.

Jika mengingat yang lalu, memang beberapa hari yang lalu itu saat kepulangan Minho yang tengah membodohi yeoja itu, Jira jadi tidak bisa membuat komik. Hal ini jelas membuat konsentrasi Jira jadi terpecah belah dan membuatnya sering tidak konsen.

“Aku ingin Jinki ada disini. Aku ingin memperkuat perasaanku padanya.” Itulah yang selalu dia katakan saat merasa sudah mulai ada yang aneh pada dirinya.

Tapi, yang ada. Seluruh pikirannya malah terus mengarah pada namja yang malah akhir – akhir ini sering berada di dekatnya. Dia selalu memikirkannya dan selalu gatal ingin mengiriminya message setiap saat pada namja tersebut walau perasaan itu sudah ditahannya.

“Sudah ku putuskan bahwa perasaan aneh ini harus segera dihentikan.” Akhirnya kata – kata itu lah yang selalu dia tekankan pada dirinya.  Mungkin Jira kegeeran atau mungkin Minho punya daya tarik tertentu yang tidak dia dapatkan dari Jinki. namun, hal ini jelas salah.

Akhirnya..

Setelah malam itu –malam dimana Minho menghabiskan waktu dengan Jira. Seorang Han Jira memutuskan dan meyakinkan dirinya untuk tidak dekat – dekat lagi dengan bocah tersebut.

“Aku harus bisa!!” katanya selalu menyemangati diri sendiri. “Walau dia teman untukku. Tapi tidak bisa dibiarkan kalau harus terus menerus seperti ini..” lanjutnya lagi merelakan teman semata wayang yang selalu ada disampingnya.

Jira pun memutuskan tidak menghubunginya lagi. Dia juga tidak berada di tempat -tempat yang bisa ditemui bocah yang bernama Minho di Konkuk. Dia berusaha sekuat mungkin untuk selalu menghindarinya.

Namun.. 2 hari ini setelah menggecarkan niat awal untuk menghindari Minho, yang ada Jira menjadi begitu penasaran karena rupanya Minho tidak menghubunginya juga. Dan  yang terjadi akhirnya dia memutuskan  untuk mengirimnya message alih – alih menanyakan hyungnya malam ini.  Dan yang lebih parah lagi, nyatanya bocah yang dia kirimi message sekarang malah ada disini. Menghawatirkan Jira dengan airmuka yang dia tunjukan seperti saat ini.

Dia ini cuma teman Han Jira. Ingat itu.. tapi kenapa dia begitu peduli padaku. Sedang Jinki. Babo! Dimana anak itu?! Umpat Jira lagi dalam hati.

“Noona, tidak di jawab?”  tanya Minho membuyarkan lamunan yeoja yang masih berdiri kaku sambil menatapnya.

++(^_^)++

Minho saat ini sedang mengamati Jira yang sedang membuat komik ilustrasi lagi. Padahal selama dua hari ini Jira sendiri tahu kalau dirinya tidak bisa membuat komik. Benar  – benar tidak bisa dan dia selalu berpikir kalau yang membuatnya buta inspirasi adalah Jinki.

JINKI!!! AKU MAU KAMU!!! Teriak Jira namun hanya dalam hati.

Yah. Minho sangat baik karena tahu bagaimana menyenangkan Jira yang beberapa saat lalu terlihat dingin padanya. Dan dengan mudahnya dia bisa mengembalikan Jira seperti seseorang yang semula dia kenal. Dia membantu Jira membuat komik, menanggapi dan berusaha berkomentar terhadap cerita yang ada di ilustrasi yang Jira buat. Memang Minho sangat membantu Jira, sampai Jira sendiri tidak sadar kalau saat ini Minho yang beberapa saat yang lalu ingin di hindarinya malah bertengger di rumahnya. Dia memang si plin-plan Jira.

Akhirnya malam ini mereka lewati berdua. Sambil mengurusi komik Jira, mereka sama – sama bercanda dan tertawa di malam yang sepi. Saling bercerita juga saling menggoda. Mereka lupa dengan pemikiran mengenai keresahan mereka saat ini. Bukannya mereka itu sedang sama – sama ingin menghindar? Kenapa malam ini justru malah kian terlihat akrab??

“AAAAwwww…” pekik Jira saat pipinya di cubit Minho gemas.

“Apha(sakit) Minho!” ucap jira sambil menepis tangan Minho. “Yaa! Sudah berani menyentuhku ah! Ku bilang pada hyung mu!! Awas kau!”

ANDWE!! Jinki pulanglah cepat!! Aku sudah tidak tahan dengan semua ini!  rutuk Jira kesal pada dirinya sendiri.

“Minho, kau tidak pulang?” Tanya Jira dengan raut wajah yang berbeda karena dia sudah sadar lagi dengan niat awalnya untuk menghindari Minho.

Minho pun melirik ke arah jam tangannya. “Wah tak terasa. Sudah jam  2 pagi! Ne, Noona aku pulang deh.” Ucapnya sambil tersenyum.

Minho sungguh terlihat bahagia malam ini. Air mukanya yang semula terlihat cemas justru sekarang berubah jadi lebih cerah. Mungkin dia senang karena akhirnya bisa melalui hari bersama Jira lagi.

“Gomawo sudah menemaniku seng.” Ujar Jira sambil mengantar Minho ke pintu apartemennya..  “Andai Jinki bisa menemani ku seperti ini juga.” Lanjutnya lagi namun dengan nada yang agak pelan seperti penyesalan.

“Ne, gomawo Noona. Yang sehat ya Noona, jadi aku bisa bermain setiap saat.” katanya sambil mengacak-ngacak rambut Jira.

Jira hanya tersenyum penuh arti. Dia sekarang kembali lagi – lagi bingung dengan perasaannya sendiri.

Jira hanya menatap punggung milik Minho yang mulai berjalan memunggunginya. Baru saja berjalan beberapa langkah, tiba- tiba Minho menghentikan langkahnya dan berbalik melihat kearah Jira yang masih setia berdiri di ambang pintu.

“Noona~ bisa kah disaat kita bersama kita tidak usah membicarakan hyung?”

_AUTHOR POV END_

++(^_^)++

_JIRA POV_

Keesokan harinya di Konkuk.

Saat ini aku sedang menidurkan kepalaku di meja kampus. Hari aku ada jadwal kuliah, begitu pun Minho.

Haish.. ini sudah 6 hari sejak kepergian Jinki. Kemana sih namja itu?! Masa dia sepelupa dan setidak perhatian begitu padaku?! tidak mungkin. Aku dan namja itu sudah berpacaran lama sejak SMA. Sejak dia masih terbilang normal tanpa sangtaenya. Ah, sangtaenya.. aku sungguh rindu padanya. JINKI!!!! SARANGHAE!!!! Andai aku bisa meneriakan hal itu. Pasti sudah ku teriakan dari dulu. Tapi, namja itu suka kegeeran sih. Aku jadi malas.

Sudah lama wajah konyolnya tak kulihat. Harusnya wajahnya ada di  pikiranku, tapi yang ada hanya wajah Minho Minho Minho yang akhir – akhir ini mengisi pikiranku.  Ya tuhan.. aku benar – benar harus menghindar dari namja yang bernama Minho itu. Aku mulai merasa dia agak bersifat aneh padaku akhir – akhir. Terutama kalimat terakhir di malam pertemuan kami.

“Noona~ bisa kah disaat kita bersama kita tidak usah membicarakan hyung?”

Dia meminta agar aku tidak membicarakan hyungnya di depannya. Bukannya itu aneh? Bukannya Jinki satu -satunya alasan kenapa kita bisa dekat? Bukannya dia memang teman curhatku? Lalu kenapa dia jadi merasa risih. Jangan bilang..

BIP~ ponselku berbunyi menandakan kalau ada seseorang yang mengirimi message. Aku segera merogoh saku jeansku dan langsung lemas lagi saat mengetahui siapa yang tengah  mengirim message padaku saat aku melihat di layar ponsel tersebut.

From Minho :
Noona, sudah waktunya makan siang. Kita makan bareng yuk? Tapi jangan di konkuk.

Tuh kan dia mulai aneh lagi. Sekarang akan ku coba menolaknya dengan alasan yang masuk akal, tapi apa ya? Kemarin – kemarin aku selalu melakukan aksi dan menetapkan diriku agar teguh pendirian. Maksudnya tidak mau dekat -dekat dia lagi. Mengapa?  Jelas saja aku takut karena akhir – akhir ini kami berdua aneh. Namun, aksi ku selalu gagal karena pada kenyataannya selalu ketahuan. Aku memang tidak pandai berbohong.

Drtt…drtt….drtt… hape ku bergetar kali ini. Ini adalah sebuah panggilan. Dan aku tambah lemas saat mengetahui siapa yang memberi panggilan ini.

“Noona~~”

“Em..” aku menjawab malas.

“Kau tidak balas.”

“Baru mau.”

“Kok Noona dingin banged. Apa aku punya salah?” tanya nya untuk kesekian kalinya. Kenapa sih namja ini terlalu sensitif?! Umpatku dalam hati.

“Tidak Minho. ya sudah aku balas ya.. sabar ya seng.” Kataku langsung menutup telpon sepihak.

Dengan segera aku mengetik pesan singkat padanya.

To Minho :
Aku tidak bisa. Aku tidak ingin bertemu.

Ah tidak ku sangka aku mengucapkan hal tega seperti itu. Tapi memang harus. Aku tidak mau si Minho itu jadinya malah lebih perhatian dari Jinki.

From Minho :
Noona kau kerasukan apa?

Astaga dia malah menganggapku bercanda. Ampun anak ini padahal aku serius.

To Minho:
Ani. Aku serius aku tidak mau bertemu.

Tidak menunggu terlalu lama, balasan datang secepat kilat. Aku yakin dia kali ini mengerti karena yang ku ucapkan memang apa adanya. Aku jujur dan tidak berbohong lagi untuk menghindarinya.

From Minho :
Bukannya kau mau buku karya schelinsky— ilustrator yang kau suka itu? padahal aku mau sekalian memberikannya.

GOD!!! Hebat sekali bocah ini. Bisa membuatku plin-plan dengan segala ucapanku barusan. Buku itu memang sudah ku pesan padanya saat dia berniat mencarikannya pada kru management-nya yang akan pergi ke NYC. Ottokhae? aku sangat mau buku itu!

To Minho :
Baik, ketemu di lobi! Aku tunggu 10 menit dari sekarang.

From Minho :
HAHAH XDDD

Sialan dia malah menertawakanku. Turun harga diriku sebagai seorang Noona.

_JIRA POV END_

++(^_^)++

_AUTHOR POV_

Dengan segera Jira turun dari lantai 3 dari  ruang kelasnya menuju lobi. Dia sangat jengkel sendiri karena pada akhirnya dia selalu kalah telak mempertahankan prinsipnya.

“Mana buku itu?” tanya Jira saat sudah sampai di Lobi dan bertanya pada namja yang sudah lebih dulu bertengger disana.

“Tidak ada. Aku belum mendapatkannya.” Jawab Minho dengan tampang tidak berdosa. Jira melotot padanya. Namun Minho cengengesan karena berhasil mengerjai yeoja itu.

“Kau sudah berani mengelabuiku Minho??” ucap Jira kesal pada namja itu.

“Habis Noona aneh -aneh. Masa tidak mau bertemu.” goda Minho sambil menarik tangan Jira. “Ayo pergi!!” Ajak Minho tidak peduli dengan sepasang mata yang melihat ke arah mereka.

“Aku tidak mau bertemu. Aku serius Minho.” Ucap Jira sambil melepas pegangan tangan Minho lalu pergi meninggalkannya  namun minho berhasil menahan tangan Jira dan langsung merangkul yeoja yang lebih tua setahun darinya untuk berjalan mengikutinya.

“AYO Lah Noona~~ jangan bersikap aneh. Kau tidak seperti biasanya.”

“Yaa!! Kau menganggapku apa Minho?? Aku pacar Lee Jinki jangan lupa!”

“Arraseo!”

“Aishh.. kau tahu. Tapi –“ Jira menghela nafas, “Aku merasa kau aneh. Kau tidak seperti Minho yang ku kenal dulu. Pokoknya Aku tidak mau dekat – dekat denganmu lagi Minho. ku mohon.. Aku serius dari tadi. Kenapa kau tidak mengerti?!”

Minho menghentikan langkahnya dan menatap Noona-nya dengan tatapan serius kali ini.

“Noona, apa ada yang ingin kau bicarakan padaku yang tidak ku ketahui saat ini?”

“Ne, banyak sekali hal yang meresahkan di kepalaku akhir – akhir ini Minho!” ucap Jira akhirnya sudah mau terbuka pada hoobbaenya.

++(^_^)++

Hari sudah sore menjelang malam, Jira dan Minho sedang berjalan dengan jarak yang berdekatan namun hanya terdiam, tidak bicara atau berbincang seperti biasa. Mereka sudah berbicara mengenai keresahan Jira selama ini yang baru mereka perbincangkan di kedai ramen tempat makanan kesukaan Minho.

Setelah berjalan dengan kebisuan satu jam lamanya, akhirnya mereka tiba di apartemen Jira, tempat terakhir kalinya untuk Minho bisa mengantar Noona tersebut pulang. Keduanya merasa canggung akan hal ini. Baik Jira yang diam menjaga jarak dari Minho, juga Minho yang jadi ragu ingin bicara –bingung mencari topik apa yang harus mereka bicarakan. Harusnya mereka tidak seperti ini –tidak secanggung ini.

Jira memencet pin apartemennya dan mendorong pintunya pelan agar dirinya bisa masuk ke dalam, sementara itu Minho masih berdiri di belakangnya dengan kaku.

Astaga, Noona kenapa kita jadi seperti ini sih? Rutuk Minho dalam hati pada dirinya sendiri.

Jira menghela nafas panjang.

“Sudah sampai deh…” ucap Jira tidak seceria biasanya. “Kau pulang ya? Annyeong…” katanya sambil masuk ruangan tanpa melihat Minho yang sebenarnya sedang menaikan alisnya heran karena Jira begitu dingin padanya.

Jira masuk ke dalam apartemennya tanpa mempedulikan namja yang berstatus Hoobbae yang telah mengantarnya. Baru beberapa langkah Jira berjalan.. Minho mengejarnya dan menarik lengan Noona tersebut, hingga Jira mendarat di tubuhnya. Sedetik kemudian entah kegilaan apa lagi yang di buat oleh seorang Choi Minho, tiba – tiba saja dia malah mendaratkan bibirnya pada yeoja pemilik bibir penuh itu. Dia menciumnya tanpa alasan dan itu jelas membuat Jira membulatkan matanya terkejut dengan kebodohan ini.

Selang berapa menit kejadian mengejutkan tersebut, seseorang melewati mereka tanpa bicara. Orang tersebut tiba – tiba muncul dari dalam apartemen Jira –tepatnya dari ruang tengah Jira. Dia melengos berjalan keluar tanpa berkata apa- apa sambil menggenggam sebuket mawar merah di tangannya. Hal itu jelas membuat Minho yang baru kehilangan akal sehatnya melepas ciumannya dari Noona tersebut. Terutama saat Jira mendorong tubuh Minho yang kerap kali berusaha terus menciumnya.

Jira terlihat pucat. Entah apa yang ada di pikirannya saat ini, yang jelas yeoja itu terlihat panik dan tiba – tiba pergi mengejar orang yang baru saja melewati mereka dengan tergesa – gesa.

Dia mengejar orang itu. Wajah orang tersebut terlihat datar menatap Jira saat sudah berada di dalam lift yang pintunya belum tertutup. Seorang namja yang memakai kemeja putih. Dia terlihat tampan namun airmukanya terlihat sedih. Dia hanya mencengkram buket bunga mawar merah itu dengan tangannya.

Tapi kemudian tiba – tiba tersenyum penuh arti pada Jira yang masih berlari mengejarnya . Namun, belum sempat Jira sampai disana untuk menghampirinya, pintu lift sudah mulai tertutup menghilangkan pandangannya akan namja itu.

“YAA!! LEE JINKI!!!!!” teriaknya memecahkan kesunyian di ruangan itu.

Sayang, teriakannya tidak akan berpengaruh karena pintu lift sudah tertutup duluan. Kini Jira memencet tombol ‘open’ agar pintu lift tersebut terbuka lagi sebelum terlambat. Namun usahanya gagal, karena lift sudah terlanjut turun ke lantai 1.

“Itu Namja Chingu ku…” ucap Jira panik.   “A-aku ..” tiba – tiba saja matanya memerah dan menjatuhkan beberapa bulir air mata di pipinya.

“Hiks.. hiks.. jinki..” Dia mulai menangis, terutama saat menyadari kalau yang baru saja melewatinya adalah Lee Jinki –pacarnya.  Dia menangis hebat sambil terus memencet tombol ‘open’ di liftnya berharap pintu lift segera terbuka walau itu usaha yang bodoh.

“Lee Jinki, jebal.. jangan seperti itu. hikss..” batinnya masih sesegukan sadar kalau Jinki tadi terlihat sedih dan kosong –ekspresi yang jarang dia lihat dari namjachingunya.

Sampai di lift lantai 1. Jira melesat keluar dengan cepat. Namun perhatiannya tertarik pada sebuah buket mawar merah yang tadi di genggam Jinki sudah tergeletak di keranjang sampah lobi apartemennya. Dia langsung mengambilnya dan berlari mengejar namjachingu-nya yang sudah jauh di luar apartemennya.

“YAA!! JINKI!! JEBAL JANGAN PERGI!!!!” teriak Jira namun Jinki terus berjalan jauh di depannya tanpa mempedulikan suara tersebut.

Jira tidak kalah dari Jinki. Dia berlari mengejarnya walau di luar udara sedang dingin dan sialnya dia tidak sedang memakai coat untuk melindungi dirinya itu.

“JAGI-YA!!!!!!!” Teriak Han Jira untuk pertama kalinya dan  itu sukses membuat langkah Jinki terhenti.

Kini jarak mereka tinggal beberapa meter saja. namun, kecanggungan tiba – tiba menyelimuti keduanya.

“Jinki –ssi.” sahut Jira lirih tidak sadar kalau dari pelupuk matanya terus mengalir air mata. Dia masih menangis.

Jinki diam saja belum menanggapi Jira yang ada di belakangnya walau sebenarnya dia sudah sadar kalau Jira telah menangis. Ini memang kali pertama dia melihat Jira menangis dan sesedih itu tapi tetap saja dia tidak tertarik untuk menanggapinya.

“Jebal…” ucap yeoja itu memohon pada namja yang masih memunggunginya. Berharap tanpa mengatakan penjelasan apapun Jinki mau berbalik dan menatapnya.

Terlalu lama diliputi keheningan, Jinki mulai berjalan lagi , namun belum jauh melangkah dia tertahan oleh Jira yang menangkap tangannya. Tapi, namja yang belum memperlihatkan wajahnya itu malah menepisnya tangan yeoja tersebut. Tidak peduli kalau yeojanya sudah ada di belakangnya berusaha berbicara padanya. Menjelaskan sesuatu yang tidak bisa dijelaskan. Dan menjatuhkan harga dirinya untuk mengejarnya.

“Mian.. aku tidak pantas kau panggil Jagi lagi.” ucap Jinki langsung pergi meninggalkan Jira yang masih kaku dengan keadaan. Namun Jira terlalu keras kepala dan tidak peduli dengan ucapan seorang Lee Jinki yang tiba – tiba terlihat dingin barusan.

“JINKI ANDWE!!!!!!!” teriak Jira memekik keramaian yang ada di taman –tempat yang tidak jauh dari  apartemennya.

Akhirnya Jinki berbalik. Dia menegakan wajahnya untuk melihat seorang yeoja yang kini masih berdiri sambil menangis 1 meter dihadapannya. Dia melihat yeoja itu dengan tatapan sendu.  Menatap terlalu lama namun tidak bisa bicara apa – apa yang akhirnya hanya membuang nafas pelan.

“Ji-Jinki.. j-jebal…” lirih yeoja itu memohon untuk kesekian kalinya, namun Jinki tetap dengan aksi bungkamnya dan melengos pergi lagi tak mempedulikan Han Jira.

Untuk kesekian kalinya Jira tetap keras kepala dan mengejarnya hingga bisa menangkap tubuh namja tersebut. Dia memeluk namja itu dari belakang dan mendekapnya. Merapatkan tubuhnya ke punggung namja yang sekarang dingin padanya. Lalu melingkarkan tangannya di tubuh namja itu agar namja tersebut tidak bisa pergi lagi darinya.

“Ji-Jinki.. hikss.. jeb—“ apa yang diucapkan yeoja itu tentu saja tidak keluar sesuai dengan yang ada dipikirannya saat ini. Emosinya tidak stabil belum lagi kepedihannya saat ini.

“Jira –ya,” panggil namja itu pelan. Entah berapa kasat mata yang ada di taman melihat mereka, mereka tidak peduli dan tetap terfokus dengan urusan mereka. “Jebal.. lepaskan aku mulai saat ini.” Ucap Jinki pelan.

Jira diam menangkap maksud ucapan Jinki barusan.

“Jangan buat aku yang melepaskanmu. Aku sulit untuk itu.” Lanjut Jinki tetap tenang walau hatinya terluka.

Jira sadar maksud namjachingunya. Namun bukan melepaskan dekapan itu, dia malah makin mempereratnya. “Sireo!! Aku sudah menanti lama untuk hari ini! kau sudah datang padaku!  kau jangan pergi lagi!!”

“Jira –ya,” lirih Jinki pelan. “Jebal, lepaskan aku saja…” Ucap Jinki lirih namun lagi – lagi Jira mengeratkan dekapannya.

“Ji-Jinki, hiks, mianhae… a-aku, tidak seperti yang kau pikirkan barusan..” ucap Jira agak hati – hati namun namja itu malah terlihat lebih emosi saat mendengarnya. Dia mengepalkan tangannya sendiri saat mengingat kejadian beberapa saat yang lalu. Melihat yeojanya yang  dicium oleh orang yang akhir-akhir ini dia percaya.

“Jinki , jebal.. aku, hiks,  tidak mau kau pergi.. Aku terus menantimu menghubungiku! Aku selalu memikirkanmu! Kemana saja kau Lee Jinki!!” ucap Jira sambil terus mendekap namja itu dan menginjak – injak tanah rumput kesal.

“Ku pikir kau senang Jira..” tiba – tiba sebuah kalimat yang tidak mengenakan keluar dari mulut Jinki. Hal itu membuat Jira mengendurkan dekapannya. “Aku tidak pernah berpikir ka—“

“ANDWE!!! Yang kau lihat tidak seperti yang kau pikirkan Jinki!” Jira mengeratkan dekapannya lagi.

Tubuh namja itu bergetar pelan, dia menghela nafas berat, dan masih memunggungi Jira yang menangis di punggungnya.

“Tidak bisa ku jelaskan Lee Jinki.. Jebal.”

Mendengar itu Jinki melepas tangan Jira yang masih memeluknya dengan cepat.

Jira terlihat kaget namun lebih kaget lagi saat dia merasa di punggung tangannya mengalir sesuatu yang basah disana. Dia pun jadi terpaku . Sementara itu,  Jinki sekarang sudah berjalan pelan meninggalkannya sambil menunduk tidak mengucapkan apa – apa lagi. Dia pergi tanpa mengucapkan sesuatu lagi untuk yeojachingu-nya. Bahkan untuk yang terakhir kalinya.

“Ji-jin,” kata – kata Jira terputus saat Lee Jinki melambaikan tangannya namun masih hanya punggungnya yang terlihat oleh seorang Han Jira.

“Namja itu..” Jira terus melihat Jinki yang pergi meninggalkannya. “Aku membuatnya menangis..” ucap Jira lirih sambil berusaha menyeka air matanya sendiri.

Dia tidak berani mengejar namja itu karena badannya sudah kaku karena frustasi menyadari kalau dia telah melukai namja itu.

“Mianhae..hiks.. hiks.. ” ucapnya pada diri sendiri sambil berbalik ke apartemennya. Tidak peduli ada beberapa kasat mata yang sedang memperhatikannya saat ini Jira tetap menangis seperti anak kecil menuju apartemennya.

++(^_^)++

Akhirnya Yeoja itu tiba di apartemennya dengan lemas. Dia mendapati Minho masih ada disana –berdiri di ambang pintu apartemen tersebut.

Jira tidak mempedulikannya dan masuk, namun Minho menangkap tangan Jira yang melewatinya begitu saja untuk menghentikannya.

“Noona.”

Jira langsung menepisnya dan berjalan masuk hingga tiba di ruang tengah dan menyalakan saklar  untuk menerangi ruangan tersebut.

Begitu tercengangnya dia saat melihat apa yang terjadi di ruang tengahnya. Dia cukup terpaku melihat itu.. Minho pun juga sama, terpaku dan langsung menoreh ke yeoja yang tadi menghindarinya.

Sebuah ruang tengah yang disulap menjadi sesuatu. Sebuah poster besar yang bertuliskan ‘ANYYEONG YEPPEN YEOJA!!!’ menarik perhatian mereka, lalu  beberapa balon yang bertebaran di lantainya, begitu pun yang menempel di dinding sungguh membuat mereka lebih terpaku lagi, karena tiba – tiba ruangan itu tersulap menjadi sebuah ruang yang meriah.

Jira masuk lebih dalam lagi dan mengambil beberapa balon gas yang terapung di atap apartemennya. Itu balon hati berwarna pink yang terapung dengan pita berwarna putih.

“Hiks.s..” yeoja itu mulai sesegukan lagi, terutama saat melihat ka arah meja yang sudah di penuhi dengan makanan bahkan cup cakes yang bertumpuk itu. Tidak ketinggalan yang lebih membuatnya miris karena dia melihat disana tertata dengan rapih beberapa bingkisan yang jumlahnya lumayan banyak.

“HUEEEEEEEEEE!!!!!!!!!” pekik yeoja itu disertai tangisan. “HUAAAA…. LEE JINKI MIANHAE!!!!!!!!” pekiknya lagi saat menyadari apa yang dilakukan seorang Jinki di apartemennya barusan.

Yap, sebuah kejutan spesial dari Jinki seperti yang pernah dia bilang pada Minho  kalau dia tidak akan menghubunginya dan memilih untuk memberi kejutan pada yeoja chingunya. Namun pada kenyataannya, mereka telah berubah peran. Siapa yang memberi kejutan dan dikejutkan rupanya telah tertukar. Justru Jinki lah yang dibuat terkejut dengan insiden sepasang manusia yang tengah berciuman di depannya.

_AUTHOR POV END_

++TOBECONTINUE++

# Ah menong!! Aku makin menistakan dirimu disini. Mian~  Noh flames.. abang menong kalian aku buat begono. Sudikah kiranya memaafkan diriku?

# Buat Jira. Kasian sekali dirimu nakkkkk~ baru ketemu ama pangeran cinta malah keder karena si Minho.

# oya mian ya part ini kepanjangan.. jangan jadi pecak ya –cuma 18 hlm ini kok.

# biasa pesan author give me ur Suport with COMMENT^^