BROTHER COMPLEX – Part 5

BROTHER COMPLEX – Part 5

Title : Brother Complex [Revision version]
Author : mamoTHo
Main Cast : Choi Minho (Brother), Choi Minhye (Little Sister)
Other Cast : Kwon Yuri, Kim Jonghyun, Kim Yenyoung, Dokter
Lenght : Sequel
Genre : Bromance – family
Rate : PG 13

This Story©mamoTHo

*****

..AUTHOR POV..

Pagi yang cerah membangunkan Minhye dari tidurnya yang cukup panjang. Dengan lemas dia memegang kepalanya yang terasa berat. Kepala yeoja itu memang sampai saat ini masih terasa pusing.

BRUK!! BRAK!! Tidak lama kemudian terdengar suara berisik dari bawah.

Minhye yang mendengar suara tersebut langsung beranjak dari tidurnya dan melesat keluar kamarnya. Dia lupa dengar rasa lemasnya, dia lupa dengan masalahnya, dia hanya khawatir dengan suara yang dia dengar barusan, takut terjadi sesuatu yang tidak dia inginkan telah terjadi.

Minhye mendesah pelan saat mengetahuinya. Iya, memang terjadi sesuatu di bawah. Choi Minho. Suara tersebut berasal dari Minho. Begitu terkejutnya Minhye saat melihat apa yang sedang dilakukan oleh oppa-nya dengan suara barusan.

Tidak salah lihat dia sedang masak? Mungkin itu yang ada dipikiran Minhye saat melihat suara gaduh yang didengarnya adalah suara yang timbul dari perabotan masak yang dijatuhkan oleh oppa-nya di dapur.

“Ah, kau sudah bangun, saengi-ya?” sapa Minho saat melihat Minhye yang kini tiba-tiba ada di belakangnya mengejutkannya.

Oppa, kau sedang apa?” tanya Minhye agak ragu dan masih takjub.

“Ini makanlah. Kimichi buatan Choi Minho. Taraaaang…” kata Minho bahagia sambil memberikan mangkok yang berisi makanan sehat itu.

Minhye menatap takjub mangkok itu, ”Oppa, apa kau buatkan ini untukku?”

Ne, makanlah saeng.” jawab Minho sambil tersenyum.

Pagi itu, mereka makan bersama di meja makan keluarga tanpa banyak bicara seperti biasanya. Mereka hanya fokus pada makanan mereka masing-masing.

Oppa, mian sudah merepotkanmu.” Minhye tiba-tiba teringat hari buruk yang menimpanya.

Gwenchana, saeng. Makanlah. Anggap saja kemarin tidak ada apa-apa, nde?”

Sebuah senyum hangat terlukis di bibir Minhye saat mendengarnya. Dan hal itu secara tidak sengaja membuat Minho jadi kaku. Dia terdiam, tapi, lain dengan jantungnya yang mulai berdegup dengan kencang karena pemandangan asing yang dilihatnya barusan.

Mwo? Kenapa ini? pikir Minho dengan keanehan yang mulai dia rasa.

Gomawoyo, oppa. Aku janji tidak akan menyusahkanmu lagi. Janji!” kata Minhye dengan percaya diri.

Setelah menyelesaikan makanannya, Minhye membawa piring makannya ke tempat cucian. Dia berhenti sejenak dan memandang pantulan wajahnya dari cermin yang terletak tepat di atas keran tempat cucian tersebut. Sedetik kemudian, sesuatu  yang asing membuatnya menaikan alisnya tiba-tiba. Sesuatu yang asing itu terletak di tengkuk leher Minhye saat ini. Dia menatap itu lama, berusaha mengingat sesuatu, namun dia tidak pernah ingat kenapa benda seperti perban itu ada di sana.

 “Kau terluka. Aku yang mengobatimu, saeng.” Minho memberitahu saat melihat Minhye memegang luka tersebut terdiam.

Terluka? Sejak kapan? pikir Minhye makin dibuat heran.

“Jangan kau lepaskan ya! Kalau dilepas obatnya tidak akan bereaksi!”

Ne, oppa. Gomawoyo.” ucap minye menurut pada oppa-nya walau sebenarnya bingung dengan ‘luka’ yang dimaksudkan Minho itu.

Tidak terlalu diambil pusing, Minhye pergi menuju kamarnya lagi setelah menyelesaikan aktivitasnya di dapur. Dia sudah berjanji pada diri sendiri dan oppa-nya agar tidak terlarut dengan kejadian memalukan itu. Dia juga berencana akan meminta oppa-nya untuk menyimpan simcard handphone-nya agar tidak mendapatkan panggilan dari namja gila yang hampir memperkosanya kemarin. Sekarang yeoja itu benar-benar sudah percaya Minho. Dia sudah sepenuhnya menerima sifat overprotective oppa-nya. Dan Dia juga percaya kalau hanya oppa-nya lah yang bisa menjaganya.

*****

 “Jagi–ya!” teriak seseorang mengejar Minho yang lewat begitu saja melewatinya. Itu Yuri, yeojachingu Minho. Pagi hari ini, Minho seperti biasa menjalani hari-harinya sebagai seorang siswa.

Jagi–ya!” panggil Yuri namun sedikit keras dan Minho tetap  tidak memperdulikan panggilan Yuri. Dia terus berjalan sampai akhirnya Yuri mendapatkannya dan menahan namja itu.

Yaa! kenapa kau mengacuhkan aku, jagi?!” protes Yuri sengit pada Minho.

Jagi?? Tidak lagi, Yuri.” ucap Minho tidak kalah sengit dari Yuri sambil melepaskan tangan Yuri yang menahannya.

YAA!! MINHO-YA!” bentak Yuri sambil menghalangi arah Minho berjalan.  “Apa maksudmu  barusan? Kau kenapa?” tanyanya mulai cemas melihat Minho yang tidak seperti biasanya.

“Kau pikir saja sendiri.” jawab Minho dingin.

“Apa salahku?”

Minho mendesah pelan, dia menghentikan langkahnya dan berbalik pada Yuri. Dia menatap yeoja itu kesal.

“Kau tidak tahu?” kata Minho sambil menghela nafas menahan emosinya, “Yeodongsaeng-ku hampir diperkosa oleh sunbae-mu, dan kau malah mendukungnya?! Aku benar-benar murka, Yuri.”

Yaa!! Dia bukan memperkosanya, Minho. Bukannya memang begitu kalau orang dewasa pacaran?! Itu bukan hal yang aneh, Minho–ya. Yeodongsaeng-mu saja yang norak. Kau juga kolot! Kau— ” ucapan Yuri tertahan ketika tangan Minho ingin mendarat di pipinya, ingin menamparnya.

Minho benar-benar  marah mendengar ucapan Yuri barusan. Kalau saja, dia tidak bisa menjaga emosinya saat ini, mungkin tangannya sudah benar-benar mendarat menampar pipi mulus yeoja itu.

“Kenapa tidak jadi tampar aku, ah?”

Minho menyeringai. “Buang-buang waktu. Aku tidak mau berhubungan dengan yeoja sepertimu lagi.” ucap Minho sambil berbalik pergi dari tempat itu.

“Minho-ya! Kenapa kau bersikap seperti ini padaku?”

Minho tidak mempedulikannya teriakan Yuri. Dia tetap berjalan meninggalkan yeoja itu. Sedangkan Yuri yang belum mengerti pasti jalan cerita apa  yang terjadi dengan Minhye dan Jjong itu, pergi berjalan ke taman untuk menelepon seseorang.

“Yoboseyo.. tumben kau menelpon, saeng?” sahut suara namja dengan santai.

“Yaa Jonghyun sunbae!! Kau apakan Minhye?”

Yap, yang ditelepon oleh Yuri adalah Jonghyun. Tujuannya menelpon Jonghyun,  yakni ingin mengetahui kejadian pastinya yang menimpa Minhye kemarin sehingga membuat Minho jadi marah besar. Dia ingin mendapat konfirmasi.

“Eish, Tenang dulu. Ada apa, saeng?”

“Yaa!! Kau masih saja bisa santai? Jelaskan padaku apa yang terjadi antara sunbae dan Minhye kemarin?!  Aku jadi kena marah oppa-nya!”

“Ah namja itu. Memang kau kenal?”

“Tentu saja! Dia itu namjachingu-ku,  ta-tadinya dia namjachingu-ku!” Yuri meralatnya. “T-tapi , karena ulahmu, aku dan dia putus karena dia pikir aku   mendukungmu melakukan hal yang kau lakukan kemarin.”

“Hahahaahahhahaha…” suara diseberang telepon sana malah terlihat senang dan itu membuat Yuri mendecak sebal.

“YAA! AKU SERIUS!!” bentak Yuri jadi jengkel dengan sunbae-nya.

“Aku tidak berbuat yang berlebihan kok. Hanya hampir melakukan ‘itu’. Tapi, tiba-tiba saja namja yang tidak dikenal datang dan menghacurkannya.”

“Minho, maksud sunbae??”

“Entahlah namanya siapa. Oppa-nya katanya. Dia terus-terusan memukulku dengan bernafsu, tahu tidak? Wajahku memar-memar sekarang karena pukulannya.” Terang Jjong yang lebih terdengar memprotes keadaan.

“Mwo?! Ah, jelas saja dia marah, kau kan hampir menodai yeodongsaeng-nya. sunbae!”

“Emmm… tapi..” Jjong menggantungkan kata- katanya.

“T-tapi kenapa?”  

“Aku rasa dia marah tidak seperti oppa kepada yeodongsaeng-nya.”

Maksud sunbae?!”

“Yuri–ya, kalau aku lihat, kemarin saat memukulku habis–habisan, amarahnya terlihat seperti namja pada yeoja-nya. Mian Yuri-saeng, aku hanya berpendapat.”

“Yaa! Kenapa kau bilang seperti itu, sunbae?”

“Mata oppa-nya itu, sungguh mengingatkanku saat aku sedang benar-benar marah kalau yeojachingu-ku diganggu oranglain.”

“Yaa!! Kau jangan bicara yang tidak-tidak! Dia itu pacarku. Mana mungkin dia…”

“Kau yakin?” pertanyaan itu membuat Yuri terdiam sesaat.

“Yaa! Tapi gara-gara kau aku jadi putus dengannya!”

“Gara-gara aku atau memang dia…,” goda Jjong terus-terusan pada Yuri yang hampir meledak, “…kurasa dia agak aneh Yuri.”

“Yaa! Kau melantur. Yasudah! Sudah dulu!”

Bip!

Yuri langsung menutup teleponnya dan sedikit memikirkan ucapan Jjong mengenai Minho. Dia berjalan ke arah taman sambil menangkap maksud ucapan Jjong tersebut. Dia berpikir, hari kemarin dia pun hampir mencium sesuatu yang tidak beres pada diri Minho saat Minho terlihat cemas ketika mengetahui adiknya dibawa oleh seorang namja.

Aniya! Mana mungkin Minho seperti itu, pikir Yuri sambil terus berjalan menghilangkan kecemasannya.

Tib-tiba saat dia memandang lurus ke depan, tidak sengaja sesosok yang ia kenal terlihat. Sosok itu adalah Minhye yang sedang duduk sendirian di bawah pohon, termenung sendirian duduk di kursi kayu. Yeoja itu memang terlihat pucat tidak seperti biasanya.

“Minhye-ya!” panggil Yuri sambil menghampirinya. “Apa yang terjadi padamu kemarin?”

Minhye melihat lurus ke depan beriringan dengan sapaan Yuri. Dia kemudian berdiri, menunggu Yuri tiba di tempatnya.

Gomawo, Yuri-eon.” katanya sambil membungkuk dan Yuri hanya menatap heran pada Minhye yang berubah jadi sopan. “Kalau kau tidak membocorkan rahasiaku pada oppa, mungkin aku akan menyesal selamanya karena telah membohongi semua orang tentang hubunganku dengan Jjong.  Aku sangat berterimakasih padamu.” lanjut Minhye sambil membungkuk lagi untuk kedua kalinya.

Yaa!! Memangnya apa terjadi padamu kemarin? Jelaskan padaku. Lalu, oppa-mu, kenapa?”

Oppa?”

“Iya, oppa-mu. Pokoknya cepat jelaskan kemarin ada kejadian apa!”

Minhye terdiam sebentar. Dia sudah sepakat tidak akan memikirnya, apalagi sampai membicarakan kejadian kemarin pada orang lain. Dia sudah menutup rapat-rapat kejadian buruk tersebut, tapi karena Yuri mengungkitnya lagi, dia jadi teringat kembali dengan kejadian buruk yang menimpanya itu.

Gadis yang kini terlihat tidak bersemangat itu tiba-tiba memegang bahu kirinya, seakan tersimpan beban yang ada di sana. Dia jadi bimbang dan ragu. Apa Yuri perlu tahu, pikirnya sambil melihat ke tangan kanan yang memegang bahu kirinya itu.

Melihat tingkah Minhye yang seperti ini membuat Yuri jadi kesal. Bahkan dia makin penasaran karena sedari tadi Minhye hanya memegang bahunya yang sama sekali tidak pegal. Juga sering kali mencuri lirik ke tempat yang sama, yaitu bahunya.

“Kau sedang apa sih, Minhye?”

Minhye masih terdiam  bimbang tidak menanggapinya.

 “Yaa! Kau menyembunyikan apa sih di sana?” tanya Yuri sambil mencoba melepas paksa tangan Minhye dari bahunya.

Yuri terlalu kesal bukan main, karena sedari tadi Minhye tidak mengacuhkan pertanyaanya. Kini dia jadi penasaran dengan apa yang tersembunyi di balik seragam Minhye yang dari tadi dia pegang dan lirik terus.

Jebal.. Jangan paksa aku menceritakannya.” pinta Minhye memohon pada Yuri yang terus memaksa melepaskan kancing yeoja itu.

Yuri terus memaksa, dia terus berusaha membuka sebagian kancing Minhye. sedang Minhye terus-terusan memohon jadi lemah di hadapan Yuri.

Eonni jebal, jangan lihat!” Minhye memohon lagi agar Yuri tidak membuka kancing seragamnya lebih banyak lagi, karena kini pun kancing seragamnya sudah terlepas 2 kancing karena kebodohan Yuri.

Yuri berhasil membuka satu kancing lagi, hingga dia tiba-tiba tercekat dengan apa yang dilihatnya. Sebuah perban yang tersegel di sana. Sebuah perban yang terletak tepat di tengkuk leher kiri yeoja itu

“K-kau terluka, Minhye-ya?” kata Yuri terkejut. “A-apa Jjong berbuat kasar padamu?”  tanya Yuri memastikan, karena setahu dirinya Jjong tidak pernah bilang kalau ada insiden melukai yeodongseng Minho ini.

Minhye mendesah pelan, “Tidak tahu. Tahu-tahu lukaku sudah ditutup perban seperti ini.”

Tidak puas dengan apa yang dia dengar dari Minhye, Yuri  pun mulai dengan ide gilanya lagi. Membuka perban itu, dan melihat apa yang disembunyikan di sana.

Yaa!! Yuri-eon! Jebal jangan coba lepaskan itu. Oppa bilang jangan!!” jerit Minhye tidak terima karena perlakuan tidak sopan sunbae-nya.

“YURI!!” terdengar suara teriakan keras dari seseorang. Suara itu tidak asing bagi Yuri dan Minhye. Itu suara Minho. Minhye melihat ke sumber suara itu dan mendapati oppa-nya sedang memperlihatkan air muka yang cemas.

“I-itu… bu-bukan… luka… Minhye-ya…” ucap Yuri terbata-bata saat melihat apa yang tersembunyi dibalik perban yang sudah berhasil dilepaskan olehnya.

“YURI!!” Minho berteriak sekali lagi dengan kencang tidak terima.

“I-itu… ki-kiss mark!” lanjut Yuri sambil melirik ke arah Minho dengan tatapan tajam.

Minhye yang mendengar perkataan Yuri langsung menatap Minho dengan sendu. “Ki-Kiss mark??”

Minhye berpikir kembali, terutama mengenai kiss mark itu. Dia jadi ingat kejadian buruk yang menimpanya kemarin. Dia ingat bahwa kemarin di tempat karaoke dia hampir diperkosa oleh Jjong. Dia juga ingat bagaimana Jjong menyentuhnya. Dia ingat kasarnya namja itu saat memaksa menciumnya. Dia juga ingat kembali dengan ciuman yang mendarat di lehernya yang sempat membuatnya menjerit hebat.

Mata Minhye sudah berkaca-kaca ingin menangis. Dia tidak kuat mengingat hal kemarin lagi. Tidak lama diliputi keheningan di tempat itu, dia pergi begitu saja dari tempat itu. Dia tidak mau tertangkap menangis lagi oleh 2 manusia itu, terlebih lagi oleh Minho, oppa-nya.

Minho menarik tangan Yuri paksa, membawanya menjauh dari tempat itu ke tempat yang lebih sepi lagi.

Yaa!! Apa maumu sih, Yuri? Tidak puas kau membuat dia mengingatnya lagi.”

“Kau bohong! Kau bohong padanya kan, Minho?”

“Apa?”

“Kau sengaja menutupi kiss mark itu agar dia tidak tau kalau ada itu padanya. Iya kan, Minho? ”

Ne, aku sengaja melakukannya.”

“Kenapa? Kenapa kau berusaha keras agar yeodongsaeng-mu tidak menyadarinya, ah? Kenapa kau sangat peduli padanya?”

Minho mendesah pelan, “Perlu aku jawab?” katanya sengit pada Yuri yang dari tadi menatap tajam dirinya.

“Kau berlebihan pada yeodongsaeng-mu!”

“Kuberi tahu, Yuri. Untuk melupakan suatu kejadian, kita harus menghilangkan jejaknya terlebih dahulu. Dan yang kulakukan pada yeodongsaeng-ku kurasa hal yang tepat.”

“Bohong! Kau kan yang tidak ingin melihatnya? Kau tidak rela itu ada padanya kan? Iya kan, Minho?”

“Apa maksudmu, ah?”

“Minho-ya.. Jawab aku dengan jujur.” Yuri terdiam sejenak. “Kau, menganggap Minhye yeodongsaeng-mu, a-atau…” dia terdiam lagi tidak melanjutkan kata-katanya.

Minho menghela nafas di tengah keheningan ini. Dia menepuk bahu Yuri dan membisikan sesuatu di telinganya dan sepertinya Yuri sangat terkejut dengan apa yang dikatakan Minho, karena setelah itu dia menutup wajahnya dan menangis di sana.

Dia ragu? Katanya dia juga ragu? Pikir Yuri sambil menangis dan mengingat ucapan Minho barusan.

*****

Minho pergi meninggalkan Yuri untuk menemui Minhye. Dia mengejar Minhye yang pergi begitu saja meninggalkannya. Dia pergi ke kelas yeodongsaeng-nya. Seorang yeoja dari balik kaca jendela kelas sedang melamun sendiri menidurkan dirinya ke meja. Mata mereka berdua bertemu sesaat. Namun, sedetik kemudian Minhye membuang muka pada Minho. Dia sungguh kelihatan marah pada oppa-nya. Walau dia sendiri sebenarnya bingung apa yang membuat dia marah padanya.

Melihat yeodongsaeng-nya seperti itu. Minho masuk ke kelasnya yang menjadikan dirinya akhirnya jadi pusat perhatian seluruh siswa yang ada di kelas tersebut. Semua jadi ricuh karena orang paling keren dan idola para yeoja itu terdampar di sana.

Minho mengambil kursi dan duduk di depan Minhye yang masih tidak melihat wajah oppa-nya.

“Minhye–ya.” panggil Minho.

Minhye tidak menjawab. Dia masih menidurkan diri di mejanya tidak peduli dengan Minho yang sudah jatuh harga diri menghampirinya.   .

Mianhae saeng,” ucap Minho ketika dia merasa ini bukan waktu yang tepat untuk berbicara dengan yeodongsaeng-nya.

Minho terus melihat ke arah Minhye berharap adiknya akan balas menatapnya dan mengatakan sesuatu. Namun, nihil. Dia akhirnya  mendesah pelan, dan bangun dari duduknya. Dia pergi dari sana. Namun, Saat baru berjalan beberapa langkah terdengar suara pelan yang  membuatnya tersenyum.

Gomawo, oppa.”

*****

Saat ini, Minhye sedang menatap langit kamarnya. Dia sedang melamunkan seseorang. Minho. Yap, yang sedang dia lamunkan saat ini adalah oppa-nya. Ada yang membuatnya sedikit pikirannya jadi gamang karena oppa-nya.

Oppa-ku, benar-benar aneh deh! Pikir Minhye sambil membalikan badannya memeluk bantal.

Apa oppa berubah baik padaku atau… ah, aku berpikiran yang tidak-tidak. Tapi, aku sungguh kepikiran. Bagaimana bisa oppa yang selalu menindasku itu tiba-tiba jadi lembut seperti itu. Dan, apa maksudnya coba iseng menutupi kiss mark yang ada padaku, pikir Minhye makin bingung lagi.

“Ah, tapi dia memang keren. Usahanya untuk membuatku lupa akan kejadian naas kemarin memang hebat!!” kata Minhye sambil bangun dari tidurnya.

Minhye mengambil ponselnya. Dan teringat kalau nomor namja brengsek itu masih ada di ponsel miliknya. Kebiasaan yeoja yang satu ini kalau putus dengan pacarnya, menghapus kontak orang tersebut. Dan kali ini pun sama, dia menghapus kontak ‘Jjongie’ dari ponselnya.

“Aku tidak menyangka namja kaleng yang ku temukan yadong dan brengsek seperti itu.”

Drrtt… drrtt… drrrt… ponsel Minhye yang digetarkan itu berbunyi. Dia melihat ke layar ponsel tersebut dan mendapati temannya menelponnya. Kim Yenyoung.

“Minhye–ya~~” sahut suara di dalam saluran telepon.

Ne, Young–ah, ada apa?”

“Minhye–ya, aku turut perihatin dengan apa yang menimpamu. Aku tidak tahu juga kau telah berpacaran dengan namja kuliahan. Aku dengar desas desus yang menyebar kalau kau…”

“Gwencaha young–ah, aku sudah melupakannya.”

“Yaa~ aku ikut sedih, Minhye–ya. Aku dengar ini karena Yuri menggembar-gemborkannya. Aku dengar dia juga putus dengan oppa-mu.”

“Mwo? Serius Yeoung-ah?”

“Nde, aku dengar seperti itu. Apa kamu belum tahu?”

Minhye terdiam. Oppa putus dengan Yuri? Apa karena aku. Sebentar, kenapa aku jadi sangat bahagia mendengarnya? Dan kenapa aku jadi lupa masalahku?

“Yaa. Minhye–ya, kau dengar kan aku?”

“Ne, aku dengar.”

“Minhye, aku rasa kau jangan terlalu terobsesi dulu memiliki pacar.”

“Ne, aku sudah tidak berminat lagi setelah dikecewakan oleh 3 namja di tahun pertamaku di SMA. Aku ralat ucapanku saat SMP, Young-ah. Aku  tidak mau memiliki pacar terus-terusan, yang berakhir seperti ini.”

Yenyoung mendengarkan dengan baik cerita Minhye.

“Setelah Kibum yang ganjen, Taemin yang baik hati namun menyakitkan, lalu namja kaleng yang tak mau kusebutkan namanya. Aku capek.”

“Sabar Minhye. Kau pasti nanti akan mendapatkan orang yang baik. Aku yakin.”

“Ne, gomawo sudah baik hati padaku.”

Tidak terdengar lagi suara Yenyoung dari sana.

“Yaa! Young–ah. Apa kau tidur?!”

“A-aniya. Minhye- ya. Kalau begitu.. hehe.” Tiba-tiba saja gadis itu cengengesan. “O-oppa–mu single donk!”

“Yaa!! Masih saja. Andwae, Young–ah! Oppa-ku juga tidak boleh pacaran.”

Yaa! Minhya–ya. Kau harus mencomblangkan lagi diriku dengan oppa-mu. Harus. Kita harus jadi ipar.”

“Tidak mau! Kalau aku single, oppa-ku juga harus single. Titik.”

“Yaa! Minhye–ya. Kenapa kau jadi mirip dengan Minho-oppa sekarang. Melarang-larang. Dan seenaknya..”

Ting tong~ ting tong~ ting tong~~ terdengar suara bel dari lantai dasar.

“Yaa! Young–ah. Aku turun dulu. Aku rasa eomma dan appa-ku sudah pulang. Annyeong.”

“Yaa! Aku belum beres bicara!”

Bip!

Namun Minhye malah menutupnya sepihak, membuat orang yang di seberang telepon jadi geram bukan main.

Eomma dan Appa pulang! Iya, ini adalah hari di mana mereka harusnya sudah pulang. Aku sangat rindu pada mereka, gumam Minhye dalam hati sambil berjalan tergesa-gesa menghampiri pintu depan.

O-oppa?!” pekik Minhye saat yang dilihatnya bukan orang tuanya melainkan orang yang sedang dia hindari keberadaannya.

Minho masuk rumah itu. Dia tersenyum hebat saat melihat Minhye ada dan melihat dirinya. Tapi, senyumnya tidak bertahan lama karena setelah melihatnya lagi-lagi Minhye membuang muka padanya. Anak itu pergi dari sana menuju ruang tengah yang ada di lantai dasar. Dia menyetel Tv dan tidak mengacuhkan oppa-nya yang baru pulang itu. Berbicara pun dia enggan.

Kenapa harus Minho sih? Mungkin itu yang ada dipikiran gadis itu. Entah kenapa memang saat ini dia tidak mau melihat oppa-nya. Perasaannya sedang campur aduk pada namja itu. Dia merasa malu, marah, berterimakasih, dan berterimakasih juga pada Minho.

Ah! Masa bodo! Aku tidak mau berbicara dulu padanya, ucap Minhye dalam hati.

Tiba-tiba namja yang baru saja dia lamunkan berdiri di depannya dan menghalangi layar Tv yang sedang dia lihat. Itu Minho. Dan Minho dengan entengnya menunjukan kantong plastik besar di hadapan yeodongsaeng-nya.

Igot, aku bawakan—” belum selesai bicara, Minhye sudah pergi meninggalkannya. Gadis itu pergi ke lantai atas menghindarinya dan kini terdampar di ruang tengah depan kamarnya sambil membaca majalah.

“Hei!” sahut seseorang yang tidak asing lagi kalau itu adalah suara Minho. Oppa-nya datang lagi menghampirinya. Kali ini dengan menyajikan sesuatu di meja ruangan tersebut. Sebuah PIZZA ukuran large dengan toping keju yang banyak.

Aigoo, itu makanan kesukaanku. Apa dia sengaja membelikannya untukku? Andwae, andwae, jangan terpengaruh. Aku sedang tidak mau berbicara dengannya, kata Minhye dalam hati dan berlalu pergi untuk tidak mengacuhkan Minho lagi.

Minho melengos begitu saja ke kamar tanpa mengatakan atau merespon keberadaan Minho. Dia memang suka mengurung diri untuk sekian kalinya kalau sedang marah pada oppa-nya.

“Ah, ternyata dia masih begitu. Ya sudah biar aku saja yang makan.” Minho mengambil sepotong pizza dan melahapnya.

Kring~kring~kring~~

Suara telepon berdering tidak lama dari Minho yang sedang menikmati waktu santainya.  Minho yang tadi sedang bersantai sambil memakan pizza-nya pun akhirnya turun dengan bermalas-malasan.

Yoboseyo. Kediaman Choi di sini~! Sahut Minho pada telepon.

Beberapa saat terdiam seperti sedang mendengarkan suara dari dalam saluran telepon. Minho membulatkan matanya. Wajahnya pun mendadak berubah menjadi pucat, dan tangannya jadi bergetar.

“Di mana?”

“Baik, Saya segera ke sana. Kumohon selamatkan mereka.”

Dengan cepat setelah menutup telepon itu Minho menghampiri kamar Minhye dengan tergesa-gesa. Dia bahkan mengetuk pintu itu dengan cepat hingga membuat Minhye berpiki kalau ini akal-akalan kakaknya untuk membuatnya keluar dari kamar. Alhasil Minhye pun tidak menggubrisnya.

“Minhye–ya. Cepat buka pintunya!” pinta Minho dengan panik. Minho mengetuknya lagi karena Minhye tidak menanggapinya sama sekali.

“Minhye–ya, kurasa ini bukan saat yang tepat untuk marah padaku. Kumohon, buka pintunya.” pinta Minho sekali lagi. Minho tidak menyerah untuk terus membuat pintu Minhye terbuka.

“Mi-Minhye–ya..” suara Minho mulai parau. “Eomma.. Appa…”

Klek! Akhirnya pintu pun dibuka oleh Minhye.

“Kenapa sih, oppa? Aku baru saja tidur beberapa menit.”  ucapnya berbohong pada Minho yang ditanggapi Minho dengan pelukan. Minhye yang terlihat mengantuk barusan kini malah terkejut menerima pelukan dari oppa-nya.

O-oppa.. susah napas!”

Minho melepaskannya. Dia kini memegang kedua tangan Minhye, menggenggamnya erat dengan tangan yang mulai dingin.

Oppa, wae gurae?” tanya Minhye masih tidak mengerti kenapa Minho bisa berperilaku seperti sekarang.

Eomma.. appa..”

“Apa mereka sudah pulang, oppa?”

Eomma.. appa..” tangan Minho mulai begetar lagi dan Minhye mencium sesuatu yang tidak beres saat ini.

“Sudah ikut bersamaku saja!” Akhirnya Minho menarik tangan Minhye, dan membawanya pergi ke bawah. Dia masih bingung harus mengatakan apa, hingga akhirnya memutuskan untuk bungkam dan bergerak cepat.

“Tunggu di sini!” perintah Minho pada Minhye saat tiba di teras rumah.

Ini ada apa sih? Kenapa oppa jadi seperti ini? dan lagi, kenapa dia membawaku keluar. Di luar rumah kan dingin, gerutu Minhye sambil memeluk dirinya yang kedinginan.

Beberapa saat kemudian Minho keluar dengan motornya. Dia mengeluarkan motor yang hampir tidak pernah digunakannnya.Dan ini jelas membuat Minhye semakin menaikan alisnya heran.

Oppa..”

“Sudah cepat naik! Dan  nih pakai!” perintah Minho sambil melempar jaket baseball kesayangannya. Dia tahu adiknya sekarang sedang kedinginan.

*****

Malam yang dingin ini Minho membawa Minhye pergi. Dia membawa laju motor dengan cepat menembus angin malam. Udara di Seoul memang dingin terutama di musim semi ini. Minhye yang berada di belakang di belakang Minho yang memboncengnya, memegang pinggang Minho erat. Dia cukup merasa aneh dengan sikap oppa–nya yang seperti ini, dan ini pula yang membuat dia bungkam dan bingung harus bertanya apa.

Minhye terus menatap punggung Minho. Lalu secara sadar, membiarkan kepalanya bersender pada punggung Minho yang membuatnya merasa hangat.

Aku menyukai punggung ini, gumamnya dalam hati sambil menidurkan dengan nyaman pada punggung Minho.

Setelah menempuh perjalanan yang lumayan memakan waktu, mereka tiba di sebuah bangunan besar bercat putih. Dan di sana, tertera sebuah tulisan besar sebuah rumah sakit, yang membuat Minhye jadi kebingungan.

Oppa, kenapa kita kemari?” tanya Minhye sambil melirik ke arah Minho yang sedang merapihkan helmnya.

Minho tidak menggubris pertanyaan Minhye. Dia turun dari motornya dan menarik Minhye, menuntunnya berjalan ke dalam rumah sakit. Dia terus menggenggam tangan adiknya dengan tangannya yang dingin. Dia tidak berbicara. Bahkan berekspresi pun tidak. Dia terlalu cemas dan terlalu khawatir dengan apa yang akan dialaminya.

Oppa, kenapa kita kemari?” tanya Minhye dan Minho masih tidak menggubrisnya.

Minho berhenti mendadak membuat Minhye yang ada di belakangnya menabraknya. Dia menghentikan langkahnya tepat di ruangan UGD. Masih sama dengan yang tadi, Minhye menaikan alisnya, melihat ke arah Minho dengan bingung, tanda tak mengerti situasi sama sekali.

Oppa?” suara rendah itu terdengar dari Minhye yang  mulai membaca situasi.

Seorang dokter yang berpakaian serba putih dan memakai masker, tiba-tiba keluar dari ruangan UGD. Wajah dokter itu terlihat datar. Raut wajahnya melukiskan kesedihan. Ada apa ini sebenarnya?

“Maaf, Tuan dan Nyonya Choi…” Dokter itu menggantungkan kalimatnya saat melihat Minho menghampirinya. “Maaf sekali, kami sudah berusaha semampu kami.” lanjut dokter itu yang disusul oleh Minho yang ambruk ke lantai.

Tiba-tiba saja Minho menangis, membuat Minhye makin tidak mengerti. Minhye sempat takut. Apalagi saat Minho menjerit sejadi-jadinya di ruangan itu. Di pelupuk mata kakaknya bahkan air mata sudah deras mengalir. Tangan Minho mengepal dan memukul lantai. Bahkan dia memegang kepalanya, menjambaknya dan berteriak lagi.

“O-oppa.. k-kau.. kenapa?” tanya Minhye terbata–bata mendekati oppa-nya. Ada nada takut di sana.

Entah kenapa melihat Minho yang seperti itu membuat Minhye jadi ikut menangis. Dia cukup sedih untuk pertama kalinya melihat Minho yang seperti ini. Sedang, dokter dengan setia menemani mereka berdua berdiri tidak jauh masih menundukan kepalanya menyesal.

Minho yang masih dalam tangisannya kini merapatkan tubuhnya ke dinding. Dia menyender, meringkuk dan menenggelamkan wajahnya. Minhye yang masih belum mengerti situasi masih berada di dekatnya mengguncang-guncangkan tubuh Minho yang tidak menjelaskan ada apa dengannya. Jelas saja ini membuat Minhye jadi kesal dan akhirnya menghampiri dokter untuk mendapat sebuah jawaban.

“Dokter, sebenarnya ada apa ini? Kenapa oppa-ku tiba-tiba jadi seperti itu?” ada nada cemas dan takut dari Minhye saat menanyakan hal tersebut.

Dokter terdiam.

“Dokter.. kumohon.. Sebenarnya ada apa ini?”

“Apa agashi berasal dari keluarga Choi?”

Ne.” jawab Minhye tanpa ragu.

“Maaf, orangtua agashi mengalami kecelakaan, dan mereka.. AGASHI!!” teriak dokter menahan Minhye yang hampir jatuh karena shock.

“A-apa maksud dok-dokter appa dan eomma…” Minhye masih bersandar memegang dokter itu dan dokter hanya bisa menggangguk pasrah.

“Saya turut berduka.” kata dokter yang dilanjutkan dengan jeritan hebat Minhye di depan ruangan tersebut.

“ANDWAE!! ANDWAE!!!!” teriak Minhye tidak terima.

Agashi.. Mohon tenang.. Maaf kami semua di sini sudah berusaha sebisa mungkin.”

ANDWAE!! EOMMA APPA!!!!!” teriak Minhye lagi-lagi sambil mengcengkram baju praktek dokter.

Minho yang tadinya menangis memojok di dinding kini bangkit dan menghampiri Minhye yang masih saja menangis di depan dokter. Dia datang dan merampas adiknya. Dia memeluknya dan membiarkan Minhye menangis di pelukannya.

Oppa…”

Minho makin memeluk erat adiknya, merasa kalau pelukan itulah yang kini dapat menguatkan keduanya. Mereka menangis bersama.

“Kau harus kuat, Minhye-ya. Aku yang lebih dulu mengalami hal seperti ini. Ini yang kedua kalinya untukku. Lebih menyakitkan lagi rasanya, saeng.”

Oppa..”

“Iya, oppa tahu kau sangat kehilangan. Nado, Minhye.”

Oppa. Ini mimpi!! Ini mimpi!! Eomma dan appa sudah janji padaku akan pulang! Tidak mungkin jadi begini, oppa!”

Aniya, Minhye. Ini bukan mimpi. Kau harus sadar.”

Minho yang melepaskan pelukannya dan menatap Minhye yang masih menenggelamkan wajahnya menangis. Dia menengadahkan wajah itu  hingga akhirnya wajah yang sembab karena tangisan itu terlihat. Air mata terus mengalir di pipi Minhye membuat hati Minho makin terluka saat melihatnya.

Oppa.. Bangunkan aku.” isak Minhye masih saja tidak percaya dengan apa yang dialaminya.

Minho memeluknya lagi. Tidak kuat kalau harus mendengar Minhye mengeluhkan hal yang sama. Tidak kuat kalau Minhye mengatakan kalau ini mimpi. Mereka berdua sama-sama kehilangan.

“Aku yang akan menjagamu dengan seluruh tubuhku mulai saat ini, saeng! Aku janji!” ucap Minho makin mendekap Minhye yang masih menangis.

..TO BE CONTINUE..

~This story is mine. This plot is mine. Say no to plagiarsm.~
  ~ Publish by mamotho @ https://mamothozone.wordpress.com/~

~ Oke terdapat adegan yang baru di sini. Hhiih~ scene young–ah sama minhye yg nelepon itu loh.

~ Dan scene rumah sakit aku pindahin ke sini. Biar pas motong TBC-nya dan suasananya dapet.

~ Dont forget leave comment yo>.<

About mamotho

Special Girl. Always loved her self, and know what makes she herself happy. Fangirlling is also her spirit (ʃƪ˘ﻬ˘) SHINee is her oxygen too!

Posted on 28 March 2011, in BROTHER COMPLEX, SEQUEL, SHINee FF and tagged , , , , , . Bookmark the permalink. 51 Comments.

  1. minho.. minho.. itu perhatian seorang oppa or namja sih?
    yakin dah ada cintya disana…wkwkwk
    mama papahx kenapa tuh?
    melesat ke part berikutnya yihi~

  2. klo mamot sey pasti semua all about minho ..hahaha
    tp aq jg suka minho walopun masii dongsaeng
    ayoo mot lanjutkan perjuanganmu
    HWAITING CHINGU !!

  3. ah mino, pas nutupin kiss mark malah ditambahin dulu haha lanjut ke part selanjutnya. dadah n.n

  4. Annyeong.. Readers baru… Mau meninggalkan jejak yg manis dan imut sprti sya… Kekeke~ *kepedean==”* Setelah UAS selesai baru mampir lagi buat baca+coment… Kekeke~
    Man Seung Hyo imnida, 16 yo, elFlawless, B2uty, Shawol, VIP , blackjack , aff(x)tion , cassie , primadona, etc.. Hahaha XDD *maruk abis#plak#*
    sebaiknya aku menghilang dlu sebelum di ceburin.. Wkwk XDD
    kpan2 saya akan nyasar ke sini lagi… *apaan seh==”#gaje#*
    #BOW#
    *salam sayang anak ayam*
    ^o^

  5. Hayo ada apaan tuh??
    Wah, motorny akhrny dpake jga.
    Minho mank bner2 dh.
    Appa m ummany kcelakaan y??
    Ke part slnjtny

  6. wiiiwwhhh.. tu motor akirnya nongol jg dah..

  7. minhooo oppa kereennnnnnnnnn..
    walopun tiis,, tp eh tp… *smirk
    itu pd mau kmn tuh?? eimma dan appanya knp tuh??
    pergi kerumahku kah???
    hahahah

  8. Hahaha~~~
    minho memang selalu keren sayang~

  9. pasti oemma sama appa nya kecelakaan ya eonni?
    next ke part selanjutnya 🙂

  10. kasian si jjong dapet julukan namja kaleng, wkwk…

    minhye tu bener-bener polos,
    minhye beruntung dapet perhatian dari minho.
    ada apa dengan ortunya mereka?
    lanjut baca ke part 6 ya.

  11. Aku punya feeling appa n umma Minhye kecelakaan.
    Omo~ jinja ? T_T

    next part 6 ^^

  12. Minho baek…
    Minhye kaget…
    ckckckckc…

    appa-umma mereka kenapa?
    #jangan-jangan…

    Okeeh.. K.part slanjut.a dlu yah 😀

  13. mybabyLionOnew

    hoaaa bnr2 speechless yg terakhir.. :O

  14. Lanjuttt!
    | |
    | |
    | |
    | |
    #Reader maksa koment

    *komen apaan ini? (۳˚Д˚)۳ *

  15. reread!

    akhirnya mereka putus dengan pasangan masing-masing, akhirnya~ soalnya aku pengen cepet-cepet Minhye sama Jinki WKWKWK I adore this couple, but Minho-Minhye’s better :3

    aku merasakan pertambahan scenenya! ehehe eonni mau nyempil ya? ehehe~ dan yang di rumah sakit, aku gatau harus ngomenin apa. gatau lah eon, aku belum mengerti perasaan kehilangan seperti itu. semoga yang terbaik lah :’

  16. senang, nangis, shock..
    itu yang terjadii pas ngebaca..

  17. Hahay!!!!!!!!

    Perasaan minho disini mulai nyata(?)

    Diluar masalah lope2an

    Pualiiiinnnggg (-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩___-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩) pas kehilangn ortu mereka

    Omo~~

    Bener2 mewek nich

    Jdi mrka B2 bkal sling ngejaga

    Soooo cuiittt

  18. ya ampun . sedih bgt 😦

  19. Q ska crtany eonnie
    tp knp part 4 d protect. . 😥

  20. Mamoth eon datang \(^0^)/ Maaf ya telat membalas. Aku bikin lapak nih di bawah:

    @mybabyLionOnew : Haha
    @rachmi fadila raveline : Ami-ami-ami!
    @AlsKey: Dimana aku menyempil alsekiiiiii???
    @MinNett : Alhamdulilahhh..
    @My Lovely Mon5ter : Iyaaa.. Ih kamu bakat bawel deh. SYUKA!
    @trya001 : Masa sih? *Colek*
    @Yoenis_sa : Makasih. Karena ada sesuatu yang terlarang sayang..

  21. huaaaa ! jadi pingin pnya oppa kyk minho T.T
    dan sayangnya aku kakak =-= *sesi curcol*

  22. Kasian gw ma keluarga choi. Msih SMA dh ditinggal OrTu. Ckck #miris
    Nice FF thor 🙂

  23. autor paling bisa yah bikin aku nagis… T_T

  24. tuhtuhtuhkannn…. minho emang suka eh ralat, tapi cintehh sama saenginya itu.wohoooo
    ahhh kasian bgt minhye, ortunya mati kecelakaan T_T turut berduka cinta buat 2min couple ini.

    udah ga ada ortunya, minho harus makin sayang tuh sama minhye! kaga ada jaim jaiman.
    kalo bisa ampe nikah yee;***
    nahh kan! mamph000sssseee ity si kwon yuri biadab!/emosi/ udah diputusin sama minho masihhh aja nyebar gosip gosip murahan~
    GO GO GO! 2MIN COUPLE!! GOOOO!!! /gaje

  25. Kasihan ortunya mati
    Ntar setelah ortunya mati, minho makin bisa ngejar minhye 🙂

  26. Eonni *shock*
    kenapa meninggal? kenapa?!
    lemes sumpah lemes ><

  27. hwaaaa.. G’ kebayang sampek d’tinggal orang tua.. Psti sendih bgt.. Hwaaa ikt berduka T.T

  28. Annyeooooong (^_^)/

    Hahaha pagi pagi aku sudah bertengger di sini .

    Kasian ya minho mengalami kejadian kehilangan untuk yg ke2 kalinya, dan minhye juga sama terpukulnya kaya minho 😦

    Okey next part

  29. Yuri kayaknya ga terima bgt di putusin sama minho.
    Ngerasa kasian pas minhonya nangis sampe jatoh kelantai, apa lagi itu yg ke 2 kalinya buat dia kehilangan orangtuanya.
    Sedih.. Sedih..
    Lanjut next part, thanks author^^

  30. ah eon, aku belum dapet passwordnya jadi langsung ke part 4,

    oke minho dalam kondisi galau ini

  31. Uh mankx knpa dg ortux minhye?mrka mninggal karna kecelakaan geuraejti?? ~_~

  32. Aigoo..kasihan sekali mereka berdua..apalagi Minho oppa..
    Gyaaa author kau jahat sekali 😦

    Dan Minho..ah kau memang pria idaman.. :*

  33. Syarifah Fahriah

    Gak nyangka klo minho rajin d dapur kya…

  34. Syarifah Fahriah

    minho galau, trus ortux juga meninggal…
    Sedih

  35. Keren sih cmn msh pemasaram sama part sebelumnya..

  36. huaaaa.kok jadi gni sih chingu?
    Kasian minho ma minhye.huhu.q nyesek..
    Mereka bkal gmana nantinya chingu?

  37. omg orang tua mereka :<

  38. Kasihan mereka berdua

  39. Huaaaaa~~ thor
    Nangis nangis dah :3
    Aku suka aku suka…

  40. Maya dhiafakhri

    Huaaaaa*nangisbombay bingung mau coment apa -,- gak kebayanf aku jadi minhye sama minho pasti sedih 😥 makasih eon udah buat aku ….

  41. Apa sih yg terjadi d part 4 ? *butuh pw (T.T)
    Lagi seneng” karna minppa kembali jomblo.. tiba” jd sedih karna kecelakaan yg mnimpa ortu minhye ..hueee~

    Chukae eon dah berhasil bikin aq mewek baca bagian akhir ni ff

  42. Uhuk– kasian minhye :’) hiks.. Sabar aja buk turut berduka cita. Ceritanya kadang mengharukan tapi sweetnya juga ada daaaan ah gak bisa diucapin dengan kata-kata

Leave a reply to merllinshin Cancel reply