Marry Comes Love Appears (love 6)

Marry Comes Love Appears (love 6)

Author : mamoTHo
Title: Marry Comes Love Appears
Main cast : Choi Minho, Jung Hyeyo
Support cast : SHINee member, Kim Soohyun
Rate : PG-15
Genre : Romance –marriage life- fluff
Lenght : Sequel

This Story©mamoTHo
~MARRY  COMES LOVES APPEARS~

Telepon Soohyun benar-benar membuatku lemas. Dia yang sudah kukira tidak akan kembali karena ini sudah lebih dari seminggu, kini malah muncul dengan menelponku, dan dengan seenaknya menyuruhku menemuinya. Baiklah, aku tidak boleh pengecut dan mendumal dalam hati karena takut pada Soohyun. Aku sudah memutuskan tidak akan beralih atau menjatuhkan pertahananku lagi pada namja yang bernama Kim Soohyun, yang telah menelantarkan dan tidak bertanggung jawab atas kehidupan cintaku di masa lalu.

Walaupun terlambat dan sempat berpikir kalau Soohyun adalah orang yang harusnya menjadi pendamping hidupku, tapi, melihat dirinya yang selalu seenaknya dan memikirkan apa yang terbaik untuk dirinya, aku rasa memilih posisi Minho yang terlalu baik untukku tidaklah buruk. Walau dia kadang terlihat seperti anak-anak, tapi seiring berjalannya waktu aku merasa dia sedikitnya menunjukan sisi dewasa dibalik sifat manjanya. Dia sering membuatku kadang-kadang terdiam tidak bisa bicara lain dengan jantungku yang tidak bisa diam. Ucapannya, sikapnya, ketenangannya, aku suka. Andai aku memiliki sifat tenang seperti Minho, aku pasti bisa mengatasi semua masalah dengan baik.

“SHINee Minho yang baru-baru ini menikah dikabarkan menjalani hubungan yang baik dengan para perempuan dewasa di dunia entertaint.” Telingaku langsung mencerna nama Minho disebut. Aku menoleh ke sumber suara yang berasal dari salah satu TV book store saat aku melewatinya. Aku terdiam dan berhenti berjalan sejenak dan menyaksikan berita itu. Kulihat itu memang Minho, dan itu, tertulis So Eunso? Siapa dia?

“Kabarnya Minho memang sangat dekat dengan Eunso. Bahkan mereka pernah bermain di variety show bersama, dan dijuluki sebagai pasangan.” Vidio  yang sekarang ditunjukan TV itu adalah gambar Minho yang sedang duduk bersebelahan dengan perempuan—yeah, cantik—yang membisik ke telinganya. Mwoya?! Ternyata  dia tidak mengangkat teleponku gara-gara ini?

Eunso? Aku tidak pernah melihat dia selama ini? Atau memang aku yang kuper dan terlalu tenggelam di dunia sendiri.

“Eunso noona memang sangat baik. Aku menghargainya sebagai seorang perempuan. Walau aku sudah menikah, kami memang teman yang cukup dekat.” ujar suara di tayangannya. Kupingku agak sensitif mendengar kata-kata ‘walau sudah menikah’ yang baru saja terlontar dari Minho.

ER!

Aku langsung melesat dengan googling di ponsel dan jadi berdiam diri di depan books store. Aku bahkan lupa harusnya menemui Soohyun dulu. Berita tadi benar-benar membuatku panas.

Aku mencari artikel mengenai Minho dan Eunso. Bodoh sekali. Selama ini yang kutahu Minho hanya bayi besarku, suamiku dan milikku. Aku tidak pernah berpikir dulu dia dekat dengan seorang perempuan juga. Berarti ucapannya sepulang pernikahan kami memang benar. Dia selalu suka seorang wanita dewasa.  Ah, kenapa aku jadi merasa kesal.

Minho-Eunso!

Minho-Eunso!

Beberapa artikel kubaca. Dan faktanya aku memang jadi panas hati. Kenapa aku begitu bodoh tidak pernah mengetahui secuilpun masa lalu tentang suamiku sendiri. Dan lagi pula, kenapa sekarang aku jadi gusar mengetahuinya—padahal itu hanya rumor belaka.

ER! Pasti ada sesuatu dengan masa lalunya juga yang tidak kuketahui. Mungkin dia memang pernah terlibat percintaan dengan beberapa seleb. Tapi, Minho tidak bilang begitu di Paris. Ah, pasti dia bohong. Kalau pun iya, aku juga tidak mempermasalahkannya. Seharusnya Minho cerita padaku.

Deg!!

Sebentar! Tadi aku bilang apa? Masa lalu? Bodoh. Kau pikir kau tidak punya masa lalu yang buruk, Hyeyo? Kau lebih parah dari Minho!

Aku jadi memberengut lemas dan teringat kebodohan-kebodohan yang tidak diketahui Minho tentangku. Aku memandang layar ponsel dan menatap nomor kontak Minho. Aku ingin meneleponnya. Tidak! Tadi saja dia tidak mengangkat teleponku dan sibuk. ER!! Masa bodo!

~~L~O~V~E~~

Setelah lama berjalan dengan badan yang memang kurang enak sedari kemarin, apalagi setelah kesal bukan main karena aku baru tahu Minho seorang yang seperti apa, aku melihat seseorang di balik taman kota sedang duduk di kursi yang  ada di sana. Seorang namja dengan setelah rapih, dan dengan gaya khasnya yang terlihat dewasa, itu Kim Soohyun. Sesuai dengan keinginannya aku datang ke tempat ini setelah hampir 3 tahun yang lalu aku tidak ke sini karena selama 2 tahun sisanya aku terpuruk dan sering datang ke tempat ini berharap Soohyun menemuiku. Dan faktanya, dia memang menemuiku di tempat ini, sayangnya tidak di waktu yang tepat karena aku sudah menikah sekarang.

“Soohyun-ah.” kuberanikan memanggilnya dengan nada kesal. Aku sudah ada di hadapannya sekarang. Dia menatapku dari bawah sampai atas lalu tersenyum.

“Kau datang!” katanya langsung menyambar tanganku dan membawaku duduk. “Aku tahu kau datang. Sudah lima tahun kita tidak ke tempat ini. Aku sangat merindukanmu.”

“Soohyun-ah!!” aku menyahut entah kenapa dengan begitu kesalnya. Moodku jadi benar-benar jelek melihat channel gossip tadi.

“Wae? Kau kelihatan—”

“Maaf. Aku benar-benar tidak bisa!!” kupotong ucapannya yang belum selesai. Aku tahu dia akan membahasnya. “Soohyun-ah, aku sudah bukan Jungie yang dulu lagi! Aku sudah punya seseorang yang harus aku jaga perasaannya!”

Dan entah kenapa aku begitu bersemangat mengatakannya—walau aku tahu aku ke sini memang ingin menegaskan itu. Aku benar-benar ingin semua ini cepat selesai dan berbicara pada Minho tentang semuanya, termasuk perasaannya padaku. Pikiranku benar-benar penuh oleh namja itu sekarang.

“Jungie?”

Aku mendelik pada Soohyun. “Baiklah Soohyun-ah. Aku juga tidak tahu ini perasaan apa. Tapi aku rasa, aku yang sudah berganti status sekarang, harusnya memang tidak bermain-main lagi. Aku benar-benar punya kehidupan.”

“Yaa—“

“Walau kami memang belum saling mencintai. Tapi, kami sudah berjanji mengucap sumpah di depan tuhan. Aku tidak bisa mengecewakan semuanya.”

“Apa kau ke sini hanya ingin membicarakan bocah itu dan kehidupan pernikahan semacam perjodohan bodoh itu?”

Aku mendelik padanya. Kenapa aku sangat benci mendengar dia menyebut perjodohan bodoh. Memang konyol, tapi tidak sebodoh itu.

Soohyun menatap tajam padaku. Dia mencengkram lenganku. Aku sangat takut hingga mataku benar-benar terpejam kuat. Aku tahu dia akan berbuat macam-macam lagi.

“Jungie-ssi.” Panggilnya lembut padaku. Dia mengelus pipiku dan mengusap rambutku. Aku membuka mataku perlahan dan melihatnya. Kenapa dia tidak marah dan malah tersenyum.

“Aku tahu aku begitu bodoh meninggalkanmu selama itu. Aku yang salah. Kalau aku tidak pergi aku yakin kita masih bersama. Hanya ada satu orang yang ada di hatiku selama ini, Jungie..”

Deg! Tidak! Aku tidak mau mendengarnya.

Aku menutup kupingku rapat-rapat dan menjauh darinya. Aku tidak bisa jatuh padanya lagi. Aku tidak bisa. Aku benar-benar takut. Pikiran dalam otakku terpecah. Yang satu memikirkan bagaimana agar Soohyun mengerti dan tidak mengusik rumah tangga orang dan satu lagi bagaimana aku bersama Minho di masa yang akan datang. Yeah, maksudku hidup kami berdua.

“Jangan bercanda. Kenapa kau jadi begini??”

Aku masih menutup kupingku. Mungkin dia kesal.

“Aku tahu kau masih mencintaiku. Jangan bodoh dan memaksakan untuk mencintai pria yang bahkan belum tentu mencintaimu. Aku mencintaimu, dan kau juga masih mencintaiku. Kita bisa bersama.”

Drrtt… drrrtt.. drrtt….

Ponselku bergetar. Aku melihat Minho menelepon. Disaat seperti ini? di saat aku sedang bersama pria lain? Er! Tapi aku ingin mengangkatnya, aku ingin mengomel padanya karena dia sedari tadi tidak mengangkat teleponku, padahal aku sedang berjuang untuk hidup masa depan kami.

“Jungie?”

“Aku mau angkat telepon dulu!” kataku pada Soohyun dan langsung pergi menjauh dari tempat itu. Aku mendesah pelan dan mulai mengangkat telepon Minho.

“YO-BO-SE-YO!!” kataku dengan nada kesal.

“Ada apa tadi menelepon, Nyonya Choi? Apa kau merindukanku? Atau kau masih tidak enak badan?”

Rupanya dia masih waras mengingat kondisi badanku yang masih kurang sehat. Jujur saja, aku senang mendengar suaranya. Bahkan aku benar-benar mengabaikan pria di belakangku.

“Kau diam saja?”

“Iyaaa.. baik saja. Cepat pulang!”

“Kalau begitu kau merindukanku. Arraso! Aku akan pulang dan memelukmu, noona.”

“Jungie?”

“Sudah ya! Sampai bertemu nanti!” Kututup cepat telepon Minho karena suara pria itu. Aku berbalik pada Soohyun.

“Soohyun! Aku sudah memilih sekarang. Aku tidak bisa. Kau meninggalkanku selama 5 tahun. Apa kau pikir aku mudah menjalani 5 tahun itu? Aku merasa hancur. Sekarang di saat aku sudah memperbaiki hatiku yang hancur kau datang dengan sesuka hati. Ini tidak adil.”

Soohyun memelukku. “Jungie-ya, aku menyayangimu.. dan pria itu belum pasti menyayangimu. Apa kau pikir pernikahan yang dimulai dari perjodohan akan selalu berjalan dengan baik? Pernahkah kau berpikir pria itu mencintaimu dengan cepat? Mungkin dia juga punya seseorang yang dia miliki sebelum menikah denganmu. Sama sepertimu.”

“Aniya!!!” Air mata kini mengalir di pipiku. Entah kenapa aku sedih mendengar kata-katanya. Aku bingung ingin mengatakan apa lagi. Aku sekarang gusar. Aku memang ragu Minho menyukaiku atau tidak, tapi entah kenapa aku harus mempertahankannya—atau mempertahankan perasaanku padanya. Kami sudah terlalu jauh sekarang. Dan kekesalanku akan kata-kata Soohyun tadi, bukan suatu kebohongan. Aku sangat benci mendengarnya.

“Kau masih mencintaiku. Hatimu masih berada di situ.”

Aku menatap Soohyun tajam. Aku melepaskan diri dari pelukannya. “Kau salah. Aku rasa kau tahu hatiku berada di mana. Kumohon biarkan saja aku meneruskan apa yang sudah kujalani. Aku sekarang sedang mencoba menyukai namja itu. Maaf. Aku benar-benar tidak mau menghancurkan perasaannya. Dia terlalu baik untukku. Sekarang  yang aku mau, aku ingin cepat pulang, dan menemui Minho.” kataku sambil berjalan pergi tapi dia menahanku. Kenapa aku jadi seberani ini padanya? Apa karena aku kesal?

“Kau bohong! Kau tidak serius mengucapkannya!”

Aku berbalik padanya. “Tidak Soohyun! Aku tidak bisa mengecewakan orang yang selama ini baik—emmphhtttt..” Ah tidak. Soohyun menciumku paksa. Lagi?

Aku meronta sekuat tenaga untuk lepas darinya. Aku bukan orang yang mudah memberikan ciumanku pada namja. Dia bukan siapa-siapa lagi. Dia hanya orang yang pernah datang mencintaiku dan pergi meninggalkan cintanya. Aku tidak bisa memberikan pertahananku pada pria brengsek seperti dia.

PLAK!!

Kulemparkan sebuah tamparan di wajahnya. Aku pun kaget bisa melakukan itu.

“Kau berani menamparku?” Dia menatapku penuh benci. Aku terdiam. Aku pun masih kaget.

“Ternyata bocah itu memang benar-benar membawa perubahan padamu, huh?” Soohyun berbisik di telingaku. “Kalau kau tidak bisa menghancurkan perasaannya. Biar aku yang lakukan. Akan kulakukan apapun agar kau terlepas darinya. Aku akan membuatmu kembali padaku.”

Tubuhku bergetar. Aku begitu takut mendengar ancamannya. “Jangan mencoba mengusik kehidupanku, Kim Soohyun. Aku sudah bukan Jungie-mu lagi. Aku Hyeyo, istri Minho!”

Dia menyeringai padaku. Dia benar-benar menakutkan. “Apa aku meminta pendapatmu, nyonya… choi?” katanya dengan penekanan pada kata ‘choi’.

Aku rasa Soohyun tidak benar-benar menginginkanku kembali. Aku rasa dia hanya marah. Dia mungkin marah padaku dan ingin menghancurkan hubunganku saja. Dia hanya ingin memilikiku saja. Mungkin, memiliki kenikmatan akan gairah saat bersamaku seperti  yang dirasakannya dulu. Dia tidak terlihat seperti orang yang sayang padaku dengan tulus. Dia gila.

“Noona?” panggil seseorang yang membuatku terkejut. Aku menoleh ke belakang.

“Noona, gwenchana?”

“Taemin?” aku agak terkejut melihat Taemin. Dia ada di sini? Sejak kapan? Aku menatap balik pada Soohyun dan kini dia melangkah pergi begitu saja tanpa berucap. Aku rasa dia benar-benar marah. Kuseka air mataku dan menatap balik pada Taemin.

“Noona.. Apa kau baik saja?”

Aku menangis lagi sekarang. Aku rasa Taemin sekarang melihat semuanya. Pasti dia melihatku dengan pria tadi. Apa yang harus kujelaskan padanya?

~~L~O~V~E~~

Aku sekarang sedang duduk di balkon kamar memandang ke luar. Ada satu perasaan puas saat aku bertemu Soohyun. Pertama karena aku berani menolaknya mentah-mentah, kedua karena aku pun tidak menjatuhkan pertahananku padanya dan yang terakhir karena aku berujung menamparnya. Tapi… Kenapa justru sekarang aku merasa sangat takut? Ah tidak masalah. Setidaknya setelah mengeluarkan kegelisahanku pada Lee Taemin, aku benar-benar lega. Sekarang aku hanya tinggal bersabar—seperti kata Taemin—untuk menceritakan masa laluku pelan-pelan pada Minho.

“Nyonya Choiiii…” panggil seseorang. Aish, Minho akhirnya pulang. “Minho!! Kau kemana—“ aku terdiam. Apa  yang dia lakukan dengan membawa masuk buket bunga yang sudah kubuang.

“Aku melihat ini tergeletak di teras begitu saja. sayang sekali. Ini kiriman dari…”

“BUANG!!!” teriakku. “Buang, Minho! Aku tidak suka!!” teriakku tidak kontrol padanya. Aku benar-benar marah melihat bunga itu. Itu buket bunga yang dibawa Soohyun saat dia berencana menghampiriku di rumah ini.

“Kau ke-kenapa, Hyeyo?”

“Buang, Minho!!” teriakku hingga akhirnya aku menangis lagi. Melihat aku menangis dia melempar jauh-jauh buket bunga itu dari tangannya. Dia beralih menghampiriku.

“Kau kenapa? Kenapa hanya karena itu kau marah besar?”

“Tidak. Aku tidak suka!!”

“Baiklah, kalau tidak suka. Tapi tidak perlu menangis. Kau benar-benar aneh akhir-akhir ini.”

Minho menarik tanganku dan membawaku berjalan turun. Dia mengajakku keluar rumah sambil membawa mobilnya. Aku diam tidak banyak bertanya terutama saat Minho memasang seat belt-ku dengan ekspresi kesal. Aku benar-benar bingung harus bicara apa setelah aku tadi marah-marah padanya. Lagi pula, kenapa aku bisa tidak kontrol begitu. Ah! Moodku jadi hancur, padahal awalnya aku ingin mendapat konfirmasi akan semua hal.

“Kau.. mau ajak aku kemana?” tanyaku agak ragu saat melihat Minho kini berujung duduk di sebelahku dan mulai memegang setir.

“Kencan!” Minho mendelik padaku.

“Mwo?”

“Terakhir kali kita kencan itu di Paris. Sekarang, aku akan merubah noona menjadi gadis menyenangkan seperti waktu itu. Aku yakin kau butuh itu.”

“Minho, ini sudah hampir larut. Kau baru saja pulang. Kau harus istirahat.” Aku memegang lengannya.  Dia menoleh lagi padaku dan mengambil tanganku lalu digenggamnya.

“Aku tahu. Aku lelah, tapi aku lebih lelah lagi melihat noona yang seperti ini.”

Aku pun diam tidak bisa berucap karena dia tadi tersenyum dengan sangat manis—seperti bayi besar—padaku. Jantungku tidak usah ditanya lagi. Terkadang aku bingung, debaran yang ada di jantungku ini debaran apa. Apa Minho merasakannya juga.

~~L~O~V~E~~

Aku terbangun dengan lemas di pagi hari. Kepalaku masih sangat pusing akibat terlalu bersemangat malam kemarin. Minho benar-benar membuatku kecapean. Kencannya benar-benar keterlaluan.

Sebentar! Tapi, kenapa aku tiba-tiba ada di kamar? Aku tidak ingat. Aku menoleh ke sebelahku dan astaga! Kenapa Minho topless lagi??

Ishhh, sudah dua kali aku terbangun dan shock melihat absnya yang 8pack itu. Hoaammm.. Minho memang bocah kurang ajar. Dia selalu lupa bagaimana berperilaku. Sudah kubilang jangan sembarangan buka baju.

Aku turun dari tempat tidur dan berjalan ke cermin sembari menggaruk-garuk kepalaku yang masih pusing akibat soju teman makan galbi kemarin malam. Yeah, kami memang berujung meminum soju kemarin malam.

“OMO!!” aku sigap menutup mulutku terkejut. Mwoya?! Kenapa aku tidak memakai piyamaku? Kemana perginya baju tidurku?

Aku langsung menoleh ke belakang, tepatnya ke tempat tidur. Di bawah tidak jauh dari tempat tidur kami tergeletak bajuku. Bukan piyama, tapi baju yang aku pakai kemarin. Aku langsung sigap mengambilnya dan cepat-cepat memakainya. Jangan bilang aku semalam tidak sadar dan membuka bajuku asal? Hanya menggunakan pakaian dalam? Memalukan!

Gosh, semoga Minho tidak melihatnya. Kalau iya, pasti matilah aku. Ani, dia yang mati karena telah kurang ajar melihatnya disaat aku tidak sadar.

Aku melirik hati-hati pada Minho. Atau.. Kita telah melakukan lebih dari itu? Ani! Ani! Dia mana berani berbuat itu padaku. Awas saja! Akan kukeluarkan gunting rumput kalau dia berani berbuat macam-macam padaku. Ah bodoh! Aku pun tidak mungkin sebodoh itu melakukannya tanpa sadar.

Aku beralih pada cermin dan mengikat rambutku yang terlanjur kusut. Omo! Mataku membulat saat melihat sekeliling leherku terdapat bekas kemerahan. Kiss mark? Aku dengan cepat membuka 2 kancing kemejaku dan menunduk untuk melihat sesuatu yang mulai membuatku curiga. Damn! Kenapa di sana juga terdapat bekas kemerahan.

Aku melirik Minho bingung. Apa yang kami lakukan semalam? Kenapa aku sama sekali tidak ingat?

“Ah!” Kini pinggangku sakit bukan main. Apa ini? kenapa pinggangku jadi sakit sekali?

“Kau sudah bangun?” suara Minho mengagetkanku. Aku menoleh padanya hati-hati, karena sesungguhnya badanku jadi keram sekarang.

“Kau kenapa?”

“Ke-keram.”

Minho bangun dari tidurnya. Rambutnya sungguh berantakan. Dan mataku kini membulat melihat absnya yang terpangpang jelas tanpa dia tutupi sedikitpun. Eish, bocah ini tidak tahu aku akan memukulnya saat ini juga karena dia bertingkah seperti itu.

Omo! Kenapa ada kiss mark yang sama di tengkuk lehernya. Jangan bilang aku..

“Kenapa lagi, huh?” Minho spontan memangkuku dan menjatuhkan tubuhku di tempat tidur. Aku terdiam.

“Hyeyo.” panggilnya. Minho kini tidur di sampingku terlalu dekat. Dia menatapku tanpa alasan.

“Apa? Kau tidak memakai bajumu dulu?” Aku memalingkan wajahku. Wajahku sudah pasti memerah.

“Arraso!” dia pun beralih duduk dan memakai kausnya—kausnya pun masih sama. Kini aku bisa bernafas lega karena tidak melihat tubuhnya.

Minho beralih tidur lagi di sampingku, menopang kepalanya dengan tangannya, dan menatapku kembali dari dekat. “Kencan semalam menyenangkan ya?”

Aku terdiam. Hanya beberapa potongan scene yang aku ingat tentang kencan yang dibilang Minho menyenangkan itu. Pergi ke namsan tower, bernyanyi di karaoke, dan terakhir aku hanya ingat kami meminum soju bersama.

“Kau benar-benar kehilangan akal sehat setelah meminum Soju.”

Deg!

“Untuk kedua kalinya, aku benar-benar menjadi pria sejati.”

“Nde?”

“Aku beruntung memiliki seorang istri sepertimu.”

Deg! Jantungku berdebar tanpa ampun. Apa aku tidak akan mati sekarang? Dia mengatakan dia beruntung? Bukankah itu artinya dia seperti akan menunjukan padaku kalau dia suka padaku saat ini? Wajahku memanas. Dan jantungku tidak usah ditanya. Oh gosh! Dia terlalu..

Minho beralih menciumku saat aku sedang sibuk mengurusi debaran jantung ini. Ah, ciuman ini. Dia benar-benar sudah bukan bayi besarku lagi. Dia benar-benar agresif. Minho, ini terlalu banyak dan bukan dirimu.

Aku menahannya dan menatapnya. Kulihat matanya penuh nafsu memandangku. Apa ini artinya dia akan mengajakku melakukan itu? Atau..

“Wae?” tanyanya dengan pandangan penuh tanda tanya. Aku pun menggeleng tidak tahu menahannya karena apa. Dia tersenyum dan kembali melumat bibirku. Paru-paruku benar-benar meminta oksigen untuk ke sekian kalinya. Dia terlalu membuatku jatuh ke pertahanannya.

Tanpa kusadari, aku jadi membalas ciuman Minho. Dia menghentikan permainannya sebentar lalu makin bersemangat menciumku lagi. Untuk pertama kalinya dalam pernikahan ini, kami berciuman kelewat agresif di pagi hari. Minho bahkan sudah berani membuka 2 kancing kemejaku dan mengecup leher sampai ke tengkuknya. Aliran darahku berdesir bukan main. Aku sudah tidak bisa menolak lagi. Tidak! Kami benar-benar akan memulai semua itu pagi ini. Aku bahkan tidak marah dia melakukannya padaku. Ini aneh.

NETT~~ NETT~~ NETT~~

Suara bel rumah kami berbunyi. Kami menghentikan aktivitas yang belum jauh ini dengan sambil sama-sama tersenyum salah tingkah.

“Um.. Selalu saja ada pengganggu disaat seperti ini yah?” Minho mengucak rambutku. “Sebentar ya Nyonya Choi. Nanti aku akan kembali lagi. Semoga kerammu sudah hilang saat aku kembali.” Minho mengecup bibirku singkat. Aku terdiam ingin terbang diperlakukan seperti ini. Sudah pasti senyum yang tidak kusembunyikan ini artinya aku benar-benar suka padanya.

~~L~O~V~E~~

Ini sudah 10 menit dari  yang dia bilang akan segera kembali. Minho terlalu lama dan keramku pun sudah hilang. Aku turun dari tempat tidur dan keluar dari kamar. Aku menyembulkan kepalaku melihat dari tangga sedang apa Minho di bawah.

Minho sedang duduk terdiam di meja makan. Eh, sedang apa dia di sana sendirian? Dan kenapa dia tidak menepati janjinya untuk kembali padaku. Aku pun cukup heran, hingga akhirnya aku turun ke bawah.

“Yaa!” pekikku mengagetkannya dengan maksud memberi kejutan—aku kekanak-kanakan juga rupanya. Kulingkarkan tanganku ke lehernya dari belakang. Bukankah ini manis. Kurasa, benar kata Minho tempo itu, kami akan saling mencintai.

Minho terdiam tidak menanggapiku. Aku beralih duduk di depannya. “Wae? Kenapa kau malah terdiam di sini?” tanyaku dan dia hanya menatapku tajam.

“Wae, Minho?” Aku mulai gusar sekarang. Minho tidak seperti biasanya. Pandangannya beralih pada handycam mini yang digenggamnya. Aku bangun dan berdiri di sampingnya ingin ikut melihat apa yang sedang dia perhatikan.

Mataku membulat. Kepalaku, sudah pasti pusing minta dibenturkan. Badanku berkeringat dan aku spontan menggigiti kukuku merasa ketakutan.

“Ini apa, Hyeyo?”

Jantungku serasa berhenti berdetak. Aku menatap Minho pasrah. Mata Minho benar-benar merah seperti tergambar kemarahan bukan main padanya.

“Ini apa, Hyeyo?” pertanyaan yang sama dengan intonasi yang meningkat.

Aku menatap Minho nanar lagi. Kenapa vidioku dengan Soohyun ada di tangannya. Soohyun! Namja itu memang gila! Untuk apa dia mengaku berkuliah di dunia perfilman kalau bakatnya hanya untuk mengusik orang. Bahkan dia benar-benar masih menyimpan vidio kami di masa lalu. Seoyo kissing~!

“Kenapa kau tega melakukan ini padaku?”

“Mi-Minho.. Akan kujelaskan.”

Minho mendesah. Dia menarikku ke sofa dan melemparku di sana. “Sekarang kau terlihat menjijikan bagiku. Dia menyentuhmu, Hyeyo. Menciummu, dan kau melakukannya dengan baik juga.” dia menahan nafasnya. “Bahkan kau sudah melakukannya lebih dulu dengannya saat kau berpacaran. Apa kau tidak sadar pacaranmu terlalu berlebihan.”

Arasoo! Aku mengerti perasaannya. Aku pun merasakan sakitnya. Aku benar-benar malu sekarang. Kartuku memang ada pada namja itu semuanya. Dan aku cukup bodoh mempercayainya seperti ini. Sabarku tidak membuahkah hasil, karena akhirnya Minho mengetahuinya sendiri. Harusnya benar aku tidak usah menikah saja. Ini tidak ada gunanya, karna baik Soohyun yang tidak bisa kuterima kembali juga Minho yang kini mulai kecewa padaku yang tidak bisa kumiliki.

“Kenapa kau diam saja?!”

Aku mulai menangis, bahkan kata-kata Minho yang bilang aku menjijikan terus terngiang-ngiang di telingaku membuat aku tidak bisa berucap lagi. Aku tidak menyangka ucapan Soohyun benar-benar dilakukannnya untuk melukai perasaan Minho.

“Noona!”

“Minho dengarkan dulu..” aku terisak. “Itu masa laluku. Masa lalu yang pernah kutakuti jika kau mengetahui semuanya. Gaya berpacaran kami memang berlebihan. Aku tahu aku salah, tapi aku sudah tidak seperti itu lagi.”

“Tidak? Kalian bahkan bertemu saat di Paris tanpa sepengetahuanku. Aku melihat kau jatuh kepertahanannya juga.”

Deg! Jantungku benar-benar ingin berhenti berdetak. Jangan bilang Soohyun merekamnya tanpa sepengetahuanku? Aku menatap Minho pasrah.

“Bukankah kau sudah bilang padaku ini masa depanku dari masa lalu?” kataku sudah bingung harus mengucap apa lagi. Aku benar-benar mati sekarang.

Minho hanya terdiam.

“Minho.. Ini yang selama ini kutakutkan.” Aku terisak lebih parah dari yang tadi.

“Aku memaklumi masa lalumu, tapi tidak seperti ini. Kau mencium pria itu dengan bernafsu juga di hari di mana kau sedang bersamaku—setelah aku melewatkan hal yang bahagia. Di mana pikiranmu? Apa kau terlalu gampang terbujuk? Di mana kalung pemberianku juga? Apa ada pada namja itu juga?”

Deg! Kalung? Astaga! Kenapa aku baru sadar tidak memakainya. Kenapa kalung itu tidak bersamaku sekarang. Aku menatap Minho pasrah. Sudah, aku sudah tahu dengan apa yang terjadi dengan pernikahan ini. Aku tahu dia pasti akan menceraikanku karena aku telah berselingkuh. Aku pasrah sekarang.

“Hyeyo!!”

“Aku memang bodoh! Aku akan menyelesaikannya sekarang! Terserah padamu ingin menceraikanku atau tidak!” kataku malah pergi meninggalkannya. Aku bodoh kan? Seharusnya dia yang marah, kini malah diriku yang berbalik marah pada Minho.

“Noona!! Siapa yang ingin menceraikanmu?” pekiknya dengan nada ketus. Dia mencengkram lenganku.

Aku mendelik padanya tajam. Kami yang tadi pagi hampir mengutarakan perasaan kami lewat aktivitas ciuman dan mungkin lebih dari itu, kini malah berbalik bertengkar. Hidup memang tidak adil. Disaat aku mau menunjukan rasa sukaku padanya, kini aku malah membuatnya benci padaku.

“Kau dasar bodoh, Hyeyo!”

“Bilang saja, Minho. Kau tadi bilang aku menjijikan. Aku sudah tahu resiko ketika kau mengetahuinya. Aku sudah tahu!”

Minho mencengkram lenganku kasar dan melemparnya. “Bodoh! kenapa otakmu benar-benar tidak terlihat seperti seseorang yang usianya 2 tahun di atasku.” Bentaknya dan malah pergi ke lantai atas.

BLAM!

Minho menutup pintu kasar. Sekarang aku tahu dia berakhir di kamar kami. Aku merosot ke lantai. Aku sudah tahu akan seperti ini. Sungguh memuakan! Aku benar-benar benci namja bernama Kim Soohyun itu! Dia memang sakit!

Kepalaku pusing lagi dan kini perutku lagi-lagi mual. Kenapa harus disaat bersamaan seperti ini? Soohyun! Aku benar-benar harus menemui pria itu. Akan kubuat perhitungan dengannya!

~~To Be Continue~~

~This story is mine. This plot is mine. Say no to plagiarsm.~
~ Publish by mamotho @https://mamothozone.wordpress.com/ ~

~ YUHU^^/ kok cepet  ya minggu ini udah ada lagi epepnya. Ehehe.. sebenernya kupotong. Jadi disini adalah saatnya Hyeyo dan Minho berantem. Aku  rasa mungkin di awal kalian salut ama keberanian hyeyo udah bisa memutuskan, tapi diakhir kalian pasti esmosi liat sisi kekanak-kananakannya. #ngek

~ Dan see? Yg dari dulu curious si minho tahu apa gak bejatnya hyeyo, tuh, dia jadi tahu lewat vidio beserta handycamnya gratis *hebat banged eon, sekaligus pake handycamnya* Yuhu!!

~ Yadah, yang udah baca saya tunggu komennya yo^^/

About mamotho

Special Girl. Always loved her self, and know what makes she herself happy. Fangirlling is also her spirit (ʃƪ˘ﻬ˘) SHINee is her oxygen too!

Posted on 4 February 2012, in Marry comes Love appears, SEQUEL, SHINee FF and tagged , , , , . Bookmark the permalink. 167 Comments.

  1. Chingu , Nae minta password yg d part 4 nya dong,, please ,,, 🙂

  2. Nah kan? soohyun emang gila *eh

  3. ah kesel, kenapa sih disaat lg moment cemcemnya diganggu sama soohyun, aaahhh ngeselin, aahhhh please jgn bilang hyeyo menjijikan, aaahh kasian, ayolah jgn ceepeet bilang cerai, kalian itu udah saling suka, ish PHO tuh si soohyun

    miiinnn part 4 nya dong pw nya

  4. Apriliya Flames Min'Ppa

    MinHye lg romantis”n eh dtng tamu … Aarrrgh sooh yun, knp jadi kaya psyco gtu sih? Segitu terobsesi’a sama hyeyo .. ugh kasian minho *hug minho

  5. Gara gara soohyun ,si minho ngambek deh sama hyeyo !
    Kenapa sih lu ganggu aja soohyun . ,

  6. berantem deh

  7. jadi minho udah melakukan hal sebagai suami dan hyo belu. ingat juga? aishhh kasian minho nya.

KOMEN YO ( ˘ з˘ )/