Smile to me, Oppa! (2.2)

Smile to me, Oppa! (2.2)

 Title: Smile to me, Oppa!
Author: mamoTHo
Main Cast : Lee Jinki (Onew), Lee Insa
Suport Cast : Ny. & Tn. Lee
Genre: Bromance – family – sad
Type/Length:Twoshot
Rating: G

This Story©mamoTHo

~STORY~

Saat mengetahui Insa sebenarnya mengalami kecelakaan saat Jinki tidak menjemputnya, rasa bersalah Jinki semakin besar. Dia merasa dirinya sangat bodoh karena terlalu mengabaikan yeoja itu. Apalagi setelah melihat tadi dia menangis saat memeluknya. Dia merasa jauh amat bersalah lagi. Dia tidak pernah membuat adiknya menangis sebegitu terisaknya. Dari situ dia memutuskan kalau dia akan berlaku baik pada Insa lagi. Dia harus melupakan kebencian akan status Insa yang merupakan anak kandung dari Ny. dan Tn. Lee.

Cerita Ny. Lee masih terngiang jelas di pikiran Jinki. Percakapan antara eomma-nya dengan Insa berdua. Percakapan di mana Insa yang sekarang terbaring di rumah sakit itu yang tidak mau Jinki tahu kalau dia kecelakaan saat tidak dijemputnya. Dia ingin ini hanya menjadi rahasia, terlebih lagi dengan rahasia besarnya yang belum diketahui oleh Jinki. Yaitu, rasa sakit Insa yang selama ini membuat ruang geraknya terbatas. Yang selalu membuat kepalanya pusing, dan yang akhir-akhir ini membuat rambutnya rontok hampir tiap harinya. Penyakit yang paling menyebalkan yang ada di dunia. Namun, Insa tetap tabah menerima kenyataannya.

Jadi beberapa hari yang lalu saat dimana Insa baru saja mengalami kecelakaan. Dia meminta ibunya agar tidak membocorkan rahasianya pada Jinki.

..Flashback..

“Insa.. Apa kau sebegitu sayangnya pada oppa-mu??”

“Ne, eomma! Aku sangat sayang oppa. Aku tidak mau dia tahu kalau aku kecelakaan. Aku tidak mau dia menyesal tidak menjemputku, eomma.”

“Insa. Tapi, ini salah oppa-mu yang membuatmu jatuh menjadi sakit. Kalau kau tidak terluka penyakitmu yang seperti ini tidak akan muncul.”

“Ani, eomma! Sebelum kecelakaan ini aku sudah sadar. Saat eomma dan appa setahun yang lalu memberitahukan oppa kenyataannya..”

“Insa.. jangan menyalahi—”

“Aku tidak menyalahi siapapun, eomma. Aku hanya ingin oppa menjadi oppa yang baik seperti dulu. Menjadi oppa yang selalu tersenyum padaku. Ingat kan eomma betapa dia sayang padaku waktu dulu? Tapi kini…” Insa terdiam. “Dia bahkan tidak mau melihat wajahku.”

“Insa..”

“Eomma.. pokoknya jangan beritahu oppa. Aku tidak mau dia merasa iba padaku dan terpaksa tersenyum lagi padaku.”

..Flashback end..

Alhasil tanpa membocorkannya, Jinki mengetahuinya sendiri. Dia pada akhirnya mengetahui kalau yeoja itu kecelakaan saat tidak dijemput olehnya.

*****

Jinki berjalan keluar rumah sakit untuk mencari beberapa hal yang bisa membuat Insa bahagia dan memaafkannya ketika dia nanti sadar. Dia mencari buah apel yang mengkilap dan kini masuk ke rumah bunga hanya untuk membeli beberapa bunga yang akan disukai Insa. Dia memilih dengan selektif, hingga tiba-tiba dia memegang perut kanan atas miliknya. Dia merasa kesakitan.

Tidak, tidak lagi, kata Jinki dalam hati sambil berusaha mengambil nafas dengan stabil.

Gwenchanayo tuan??”

Jinki berusaha menahan dirinya pada meja yang menjajarkan bunga indah di sana. Dia berusaha menjaga keseimbangan badannya yang hampir ambruk. Dia memegang kepalanya yang juga terasa pusing. Wajahnya pun kini mulai berkeringat membuat noona-pemilik rumah bunga itu panik.

“Astaga… Kenapa harus… sekarang..” lirih Jinki sambil berusaha menahan rasa sakitnya.

Tuan?? Kau kenapa?”

Jinki melihat yeoja itu—pemilik toko bunga—dengan tatapan sendu. Dia memegang ulu hatinya terus menahan rasa sakit.

Inilah yang paling aku rutuki. Aku bukan anak mereka. dan aku mengalami penderitaan ini. Hatiku jelas tidak seperti hati milik mereka. Hatiku..

Jinki memegang perut kanan atasnya masih menahan perih dan semenit kemudian  tiba-tiba saja dia ambruk dan tidak sadarkan diri.

*****

Keesokan harinya, Insa sudah sadar dari pingsannya yang kemarin membuat Jinki dan keluarganya khawatir. Saat ini, Insa sedang memegang buket bunga yang seharusnya diberikan oleh Jinki secara langsung. Insa hanya menerima itu dari orang tuanya. Betapa terkejutnya dia saat mengetahui kenyataan kalau Jinki oppa-nya kini juga terbaring di rumah sakit, tempat di mana Insa dirawat.

Insa memegang erat buket bunganya dan melihat oppa-nya lewat jendela pintu kamar rawatnya. Dia cukup bandel, padahal orang tuanya tidak memperbolehkan Insa sama sekali untuk turun ranjang.

Mana mungkin aku berdiam diri  apa lagi saat tahu oppa-ku kini terbaring sakit, pikir Insa jadi kesal.

Dia menoleh ke belakang. “Suster, aku mau masuk kamar oppa-ku. Bisakah kau tinggalkan aku sebentar. Tapi, rahasiakan pada eomma ya?” pinta Insa dan Suster itu mengangguk lalu meninggalkan Insa setelah membantu Insa bangun dari kursi rodanya.

“Terimakasih sudah mengantar.” ucap Insa ramah.

 Insa kemudian masuk dan berjalan dengan tertatih-tatih menuju tempat Lee Jinki yang sedang terbaring di ranjang rawat. Dia melihat wajah Jinki yang pucat dengan infus di tangan serta hidungnya.

Oppa..” Insa memanggil pelan. Dia meletakan bunga yang beberapa saat lalu diterimanya untuk disimpan di vas yang ada di samping tempat tidur Jinki.

Oppa.. gomawoyo.. Bunga yang kau beri sangat indah. Aku suka. Tapi sayang, kau malah menghancurkan apelnya. Apelnya tidak bisa kumakan.”  katanya kemudian mendesah pelan. “Oppa kan tahu sendiri. Aku tidak pernah suka makan makanan yang sudah jatuh ke lantai. Hehe..” lanjutnya terkekeh berusaha membuat dirinya terhibur.

Insa menghela nafas panjang karena orang yang saat ini sedang diajaknya bicara tidak meresponnya. Dia melihat iba pada Jinki yang belum sadar. Hal itu membuat matanya jadi berkaca-kaca ingin menangis.

Insa mengambil tangan oppa-nya. “Oppa.. Kau sakit apa? Kenapa tiba-tiba kau di sini?”  Insa mengenggamnya tangan Jinki semakin erat. “Apa kau sebegitunya ingin tinggal dirumah sakit menemaniku, oppa? Sebelum akhirnya aku benar-benar meninggalkanmu?” katanya bicara lagi pada udara kosong.

Insa duduk di ranjang itu dan melihat wajah Jinki. Dia merapihkan rambut oppa-nya yang menutupi matanya. Dia merapihkan detil rambut itu sambil terisak lagi.

Oppa.. waktuku tidak banyak. Dokter bilang.. mungkin satu minggu.” Insa menahan tangisnya. “Bodoh kan, oppa? Umurku sudah ditakdirkan hanya bisa menikmati hidup dalam seminggu lagi.” katanya semakin terisak.

Insa memegang wajah Jinki lagi. “Oppa.. aku ingin hidup bersamamu lebih lama. Aku ingin hubungan kita membaik seperti dulu. Dan aku tahu sepertinya kita memang akan kembali seperti dulu.” Dia terisak sambil menyusut air matanya yang tidak berhenti jatuh. “Kau sudah baik lagi padaku sekarang.”

Hening sejenak. Insa bahkan terbaring di tempat itu menemani oppa-nya.

Oppa.. cepat bangun. Jangan membuatnya lebih lama lagi. Aku ingin bersamamu sampai aku benar-benar tidak bisa merasakan itu lagi. Cepat bangun…”

Tiba-tiba jari tangan Jinki sedikit bergerak. Insa terkejut saat melihatnya. Dia merasa doanya terkabul.

Oppa!!” panggilnya bahagia namun tiba-tiba ekspresi wajahnya berubah ketika melihat wajah Jinki  mengerenyit dan semakin pucat.

Oppa.. wae gurae?” tanya Insa panik.

Jinki terus-terusan memegang perut kanan atasnya. Dia meringis dan mengerang akan rasa sakitnya. Dia belum sadar ada Insa disana. Insa yang melihat oppa-nya kesakitan seperti itu jadi panik dan terus-terusan meneriakan namanya.

Astaga, kenapa dengannya? Kenapa dia tidak mau diam? katanya dalam hati sambil memencet tombol darurat di samping tempat tidur dengan cepat.

Tidak lama dari itu Dokter datang. Dia menyuruh Insa keluar. Insa menurut dan keluar sembari menelpon orang tuanya dengan panik dengan kursi roda yang di dorong oleh suster.

“Suster, apa kau tahu oppa-ku kenapa?” tanya Insa dan suster menggelengkan kepalanya membuatnya semakin panik.

Insa menunggu di luar ruangan, menunggu orang tuannya datang dan menjelaskan tentang penyakit Lee Jinki itu padanya.

Beberapa saat kemudian orang tuanya datang dengan langkah panik. Bagaimana tidak, mereka harus mengalami kenyataan pahit kalau kedua anak mereka harus dirawat bersamaan di rumah sakit di waktu yang sama.

Saat Insa ingin bertanya pada kedua orang tuanya di situ juga dokter keluar dari ruangan Jinki dan memasang wajah yang pasrah. Dokter dengan cepat memanggil orang tua Lee Jinki ke ruangannya. Dia hanya akan menjelaskan semuanya di ruang tersebut, padahal Insa sudah mencak-mencak ingin minta penjelasan akan penyakit oppa-nya. Orang tuanya pun sama. Tidak ada satu pun yang bisa menjelaskan pada Insa untuk saat ini.

“Insa tunggu di sini sebentar.” pinta Ny. Lee padanya. Insa merasa tidak enak, dia merasa ada yang tidak beres hingga akhirnya dia meminta pada suster untuk membawanya mengikuti diam-diam orang tuanya.

*****

Setibanya di depan ruangan dokter. Insa menguping dari celah pintu ruangan tersebut. Dia mendengar semua percakapan yang ada di sana. Semakin lama percakapan yang di dengarnya semakin membuat dia membulatkan matanya dan menutup mulut dengan kedua tangannya karena terkejut.

“Kenapa harus terjadi pada anak kita??” teriak Ny. Lee histeris pada Tn. Lee yang duduk disampingnya.

“Dokter.. Apa tidak ada cara lain?? Beberapa saat yang lalu kau sudah men-jugde umur Insa. Kenapa harus Lee Jinki juga??”

Deg! Jantung Insa serasa berhenti berdetak. Dia sangat terkejut mendengarnya.

Apa maksudnya? Kenapa harus Lee Jinki juga? Maksud eomma apa? Apa oppa-ku akan.., kata-kata itu terngiang di kepala Insa hingga ia menjatuhkan air matanya tidak percaya.

“Bukannya kita bisa transplantasi hati?? Apa saja dok, kumohon selamatkan putra kami. Kami mohon..”

“Tapi, tidak ada yang bisa mencangkokan hati dalam waktu dekat ini, nyonya. Lee Jinki putra kalian sangat membutuhkannya dengan segera. Kami sudah berusaha. Maaf.”

Deg. Hati Insa semakin mencelos mendengarnya. Suster menenangkannya dengan mengelus punggungnya agar tangisan Insa jangan sampai menyeruak ke dalam ruangan.

“Suster.. Apa maksudnya nyawa oppa-ku benar-benar terancam? Oppa-ku sakit apa sebenarnya??”

Suster terdiam tidak bisa menjawab. Insa semakin menangis. Dia tidak bisa diam. Dia merasa kepalanya jadi pusing mendengarnya.

Kenapa kami harus mengalami hal ini? pikirnya. Kenapa harus aku dan Oppa-ku? Kenapa tuhan tidak membiarkan aku saja yang mengalami penderitaan seperti ini. Kenapa harus oppa-ku juga?

Insa terdiam tetap mendengarkan pembicaraan eomma dan appa-nya diruangan itu. sebenarnya kepala Insa sudah pusing hebat mengetahuinya. Tapi, dia menahannya. Walau lagi-lagi dia harus menahan perih dan sakit yang hebat yang kini melanda di kepalanya.

“Kenapa kita harus kehilangan kedua anak kami dalam waktu yang cepat dokter??” isak Ny. Lee yang akhirnya membuat tangis Tn. Lee tumpah. Mereka menangis di sana dan memohon pada dokter agar bisa memberi cara lain agar anak mereka keduanya selamat. Walau memang tidak mungkin bagi Insa. Tidak ada cara lain yang bisa membuat Insa selamat. Dan Lee Jinki..

“Jinki putra anda masih bisa selamat kalau ada yang mau mencangkokan hatinya.” kata dokter yang membuat tangis Ny. Lee semakin pecah.

Tiba-tiba Insa masuk ruangan itu. Dia menunjukan wajahnya yang menangis. Dia tahu ini bodoh. Tapi, dia harus masuk ruangan itu dengan segera. Dia berjalan tertatih dengan dibantu suster untuk menghampiri ketiga orang yang sedang bercakap di ruangan tersebut.

“Insa! Sedang apa kau di sini??” tanya. Ny. Lee terkejut.

“Insa! Kau harus istirahat!”

Insa menoleh pada kedua orang tuanya dengan tatapan iba. Matanya sembab dan hatinya terlihat terluka ketika melihat orang tuanya menangis.

Insa menatap dokter kembali dengan mantap. “Dokter. Aku mau mendonorkan hatiku untuk Onew-oppa!” katanya sambil menangis dengan tubuh bergetar membuat semuanya terkejut diruangan itu.

“Insa!!” pekik Ny. Lee.

“Dokter. Apa masih ada waktu untuk menyelamatkan oppa-ku. Dia sudah sangat kritis bukan?”

“Insa!”

“Masih.” kata dokter sambil tersenyum pada Insa.

“Insa!! Apa yang kau katakan, nak? Kau harus istirahat!”

“Dokter, lakukan sekarang. Aku tidak mau oppa-ku lebih lama mengalami rasa sakitnya.”

Ny. Lee menarik Insa. “Insa. Ini terlalu banyak. Insa jangan eomma mohon.” ucap Ny. Lee sambil menangis. Insa ikut menangis di ruangan itu.

Eomma.. oppa sangat membutuhkan dengan segera. Jangan memperlambat waktu.” kata Insa sembari memeluk erat eomma-nya.

“Insa..”

Eomma.. setidaknya sebelum aku juga berakhir, aku bisa melakukan sesuatu yang bermanfaat apalagi itu untuk oppa-ku sendiri.” ucap Insa terisak. “Usiaku juga tidak akan lama, eomma. Aku tidak mau eomma kehilangan anak eomma. Setidaknya masih ada Jinki, eomma.” isak Insa lebih dramatis.

*****

Jinki terbangun dan melihat kedua orang tuanya sedang duduk di sofa di ruang di mana ia dirawat. Orang tuanya langsung menghampirinya dan merasa bersyukur karena akhirnya Jinki terbangun dari pingsannya setelah melakukan operasi 2 hari yang lalu.

Jinki melirik bergantian antara eomma dan appa-nya. Dia menaikan alisnya karena tidak melihat sosok Insa di sana. Dengan lemas dia pun berusaha bangun dari tidurnya.

“Jinki-ya, istirahat.. Ayo berbaring saja.”ucap eomma-nya menidurkan kembali tubuh Jinki yang setengah bangun itu. Jinki masih mencari sosok Insa.

“Mana Insa?” tanyanya pada kedua orang tuanya.

Ny. dan Tn. Lee tersentak mendengarnya. Mereka jadi gugup dan air muka mereka tiba-tiba kelihatan sedih.

Eomma, appa, di mana Insa??” tanya Jinki lagi.

“Sudah.. Kau istirahat saja, Jinki.” jawab appa-nya berusaha tegar. Jinki pun berbaring lagi mengikuti ucapan kedua orang tuanya.

Ah ya. Aku lupa kalau Insa juga terbaring di rumah sakit ini! Sejak terakhir aku menemuinya dia juga pingsan. Itu artinya, dia masih dirawat, pikir Jinki. Aku berharap dia baik-baik saja, katanya dalam hati dan kemudian terlelap.

Aneh, tapi Jinki merasa aneh. Suasana semenjak dia sadar dari tidurnya kelihatan berbeda. Dia merasa ada yang aneh. Entah apa, tapi dia punya perasaan tidak enak akan hal itu.

Saat Ny. Lee dan Tn. Lee pergi untuk membelikan apa yang Jinki mau, Jinki diam-diam pergi keluar dari ruangannya walau harus berjalan dengan hati-hati, karena takut jahitan yang ada di ulu hatinya terbuka. Akhirnya dengan lemas dia berjalan menuju ruangan tempat Insa dirawat.

Insa -ya, kali ini aku benar-benar harus minta maaf padamu selagi bisa, katanya dalam hati sambil terus berjalan.

R-011 terpangpang di depan pintu ruang Insa dirawat. Jinki menghela nafasnya sebelum memutuskan untuk masuk ke ruangan tersebut.  Saat knop pintu ia buka, ia merasa aneh karena ruangan tersebut terlihat rapi, dan sepi. Tidak ada Insa di sana.

Di mana Insa? Pikir namja itu. Kenapa eomma dan appa tidak memberi tahu padaku kalau Insa suda sembuh dan pulang? Kenapa juga Insa tidak membesukku? Pikiran-pikiran itulah yang saat ini ada di kepala Lee Jinki.

*****

ANDWAE!!!!!!” teriak Jinki histeris saat mendengar penjelasan Ny. Lee. Dia menjerit sejadi-jadinya saat mengetahui kejadian sebenarnya. Dia mengutuk dirinya sendiri karena kesalahnya, dan kebodohannya selama ini. Apalagi karena dia terlalu bodoh untuk tidak mengetahui apa yang diderita Insa selama ini.

Insa yang manis dan selalu berusaha manja padanya kini tidak ada lagi. Insa yang dulu selalu mengintilinya sudah tidak ada lagi. Yang ada hanya nama. Insa rest in peace.

Dia tidak pernah mengetahui Insa mempunyai radang otak.  Dia juga lebih mengutuk dirinya sendiri tidak tahu kalau orang yang telah berhati mulia memberikan cangkok hati padanya adalah Insa, adiknya sendiri.

Jinki menangis bersama Ny. dan Tn. Lee. Mereka semua menyesali kepergian Insa. Jinki menangis paling kencang. Air matanya jatuh dengan deras membasahi pelupuk matanya. Hatinya sangat terluka mengetahui kenyataan pahit yang telah dialami Insa seminggu ini. Dia memegang batu nisan Insa dan terus menangis di sana sambil memegang perut kanan atasnya, tepat di mana hati Insa berdiam.

Tibalah Jinki mengetahui semuanya, saat sebelum Insa meninggal. Dia baru saja diberi tahu oleh eomma-nya yang sebenarnya saat Insa dengan tulus memberikan hatinya pada Jinki yang saat itu sedang sekarat.

.. flashback..

Saat itu sebelum Insa menjalani operasi, dia berbicara beberapa hal dengan eomma-nya. Sembari berbaring di ranjang, dia tersenyum pada kedua orang tuanya.

“Eomma.. Bilang pada oppa kalau dia harus menjaga hatiku karena dia sedang meminjamnya.” kata Insa dengan canda walau dia tahu ini bukan waktu yang tepat. Ny. Lee jadi terisak.

“Insa ini terlalu banyak.”

“Tidak, eooma.. Untuk ukuran orang yang kau sayangi, pasti eomma juga akan melakukan apa saja bukan? Padaku juga pada Jinki juga. Iya kan?  Sayangnya.. oppa hanya bisa mendapatkan cangkokan hati dari orang yang berhati suci sepertiku, eomma. Hatiku bersih dan sehat. Aku akan memberikannya padanya. Dengan begitu.. Dia akan selalu ingat dan tersenyum pastinya.”

Ny. Lee menangis lagi setiap mendengar penjelasan anaknya.

“Eomma, uljima.. Masa melepas kepergian anakmu yang seperti pahlwan, eomma malah nangis sih. Tidak bagus loh.”

Ny. dan Tn. Lee menahan tangisnya dan berusaha tegar di depan anaknya.

“Eomma.. bilang pada oppa kalau aku sangat menyayanginya.” kata Insa.

Tiba saatnya dokter masuk ke ruangan Insa. Dengan berat hati dia pun mengatakan. “Sudah saatnya.”  pada orang-orang yang ada di kamar pasien itu.

Insa tersenyum pada kedua orang tuanya. Kedua orang tuanya sudah berkaca-kaca ingin menangis lagi walau sudah berusaha menahannya. Mereka memeluk Insa dan mengecupnya untuk yang terakhir kalinya. Insa tetap berusaha tegar walau dalam hatinya dia merasa cukup takut dengan operasi ini.

Selang beberapa menit kemudian.. Jinki dan Insa didorong masuk keruangan yang sama. Ny. Lee dan Tn. Lee tidak pernah menyangka kalau jalan yang seperti ini yang harus mereka tempuh. Jinki masih mengerang menahan sakit. Dia masih belum sadar, sedang Insa yang berada di ruang operasi itu menoleh ke sebelahnya. Dia tersenyum. Dia sangat senang bisa memberikan sesuatu yang berharga pada oppa-nya, apalagi itu hatinya.

Coba saja aku bisa melihat oppa tersenyum saat ini, gumam Insa dalam hati. Ah, tak apa, yang penting setelah ini selesai, aku yakin oppa pasti akan tersenyum. Dia pasti akan tersenyum setiap hari. Dia pasti akan memegang hatinya dan mengingatku dalam waktu yang lama. Dia pasti tidak akan melupakanku, lanjut Insa dalam hati sambil memegang hatinya dengan tenang.

.. Flashback end..

Itu adalah hari di mana sebelum Insa mencangkokan hatinya untuk Jinki. Itu saat di mana kedua orang tuanya menyadari bahwa tidak ada niat yang paling baik dari niat Insa untuk menolong Jinki yang bahkan bukan seorang kakak kandungnya. Mereka sangat bangga pada Insa.

“Jinki–ya, kami selalu sayang padamu. Sama seperti menyayangi Insa.”

Jinki terdiam dan menatap batu nisan Insa. Ini memang lewat dari 2 hari  pemakaman Insa. Perasaan Jinki terlalu campur aduk. Semuanya terasa mendadak. Padahal baru saja beberapa saat yang lalu Insa menempel dengannya, memeluk dirinya dan membuat beberapa candaan padanya. Tapi, kini.. disaat dia ingin memperbaiki hubungannya dengan Insa, yeoja itu malah sudah tidak ada.

“Insa, sangat menyayangimu, Jinki-ya. Hargai itu.. Dia punya tujuan tertentu sampai akhirnya mau mendonorkannya untukmu.”

Jinki terisak lagi mendengarnya. Dia tidak bisa berhenti untuk tidak menangisi kepergian adiknya tersayang. Dia tidak bisa ditinggal pergi, apalagi dia merasa menyesal belum meminta maaf pada yeoja itu. Dia sungguh menyesal telah membuang waktu satu tahun untuk mengabaikan keberadaan Insa. Bahkan dia lebih menyesal sempat mengutuk keberadaan Insa yang bisa terlahir dari rahim Ny.Lee itu. Jinki sungguh menyesal pernah terlalu membenci Insa.

*****

Beberapa hari setelah hari di mana Jinki tahu tentang kepergian Insa. Di malam di mana seharusnya menjadi ulang tahun Jinki yang sering dirayakan Insa dengan hebohnya, Jinki termenung sendirian di kamarnya. Dia ingat betapa manja, dan menyebalkannya adiknya itu dulu.

Jinki tersenyum sendiri sambil memegang letak di mana hati Insa berada pada tubuhnya. Hingga kemudian dia tertidur.

“Insa-ya… Apa itu kamu?”

Seseorang yeoja yang memunggungi Jinki berbalik. Yeoja dengan paras pucat, berambut lurus agak bergelombang, dengan tubuh mungil, tersenyum dengan manis saat berbalik menoleh padanya. Itu memang Insa.

“Insa!” Pekik Jinki tidak percaya. Apa aku bermimpi Insa bertemu denganmu disini?” tanya Jinki ragu.

Ne, Oppa. Ini bisa dibilang mimpi. Senang kan oppa aku datang di mimpimu??” tanya Insa seceria biasanya. “Saengil chukahamnida, oppa!! Tapi, aku tidak bisa memberikanmu apa-apa lagi.”

Jinki menjatuhkan air matanya saat mendengarnya. “Insa, Maafkan aku!”

Insa tersenyum dan menghampiri oppa-nya lebih dekat. “Aniya, oppa. Tidak ada yang salah. Aku tidak pernah marah padamu karena ini.”

“Insa.. kumohon. Maafkan aku.. Aku sungguh sayang padamu. Sebagai yeodongsaeng-ku, kau.. selalu baik padaku, Insa. Kau selalu manis di depanku walau aku mengabaikanmu. Aku sebenarnya tidak pernah menyesali keberadaanmu. Aku menyesal Insa… seharusnya  aku menjagamu.” Jinki terdiam sejenak. “Dan hati ini…”

Insa tersenyum lagi pada Jinki saat melihat namja itu memegang letak di mana hati yang didonorkan Insa berada. “Iya oppa. Hati itu milikmu. Ingat, kau hanya meminjamnya.”

Insa mendekati oppa-nya dan memeluknya. “Oppa, jaga hatiku ya.. jangan kau mengotorinya. Aku ingin hatimu bersih. Jangan pernah mendendam lagi ya oppa?”

Jinki terisak mendengarnya dan memeluk erat yeoja itu.

“Sudah lah, oppa.” Insa melepaskan pelukannya. “Oppa. Suatu saat nanti kau akan memiliki seseorang yang kau cintai.. Kau jangan pernah melupakanku. Aku tetap tersimpan di sini loh.” katanya menunjuk dada Jinki. “Aku akan mendukungmu dan orang yang nanti kau sukai. Asalkan.. kau tidak merubah posisiku sebagai yeodongsaeng-mu. Pokoknya yeodongsaeng-mu hanya aku oppa.”

Jinki tersenyum padanya walau masih berat untuk tidak menangis. “Ne, Insa. Aku sayang padamu. Kau benar-benar Insa yang tidak berubah.”

Oppa, arayo… waktuku tidak banyak. Aku tahu oppa sayang padaku. Tenang saja.”

“Kau mau kemana, Insa? Kita hanya bertemu di mimpi kenapa kau harus pergi secepat itu?”

Insa tersenyum dan memegang tangan Lee Jinki. “Aku hanya ingin mengucapkan selamat ulang tahun padamu, oppa. Aku kan biasanya merayakannya.”

Mata Jinki sudah berkaca-kaca lagi hampir menangis dan Insa segera menyusutnya dengan tangannya lembut.

Oppa, sebelum aku pergi.. Aku minta satuuuu saja padamu. Boleh?”

“Apapun itu Insa, akan kulakukan untukmu.” ucap Jinki sedikit lebih tegar dari yang tadi dan Insa tersenyum.

 “Oppa.. Maukah kau memberikan senyum terbaikmu lagi padaku??”

Jinki mendekati Insa lebih dekat lagi dan memeluknya. Dia memeluk Insa erat dan hangat, lalu melepasnya lagi dan tersenyum pada Insa dengan sangat manis. “Hanya senyuman. Aku berikan padamu, Lee Insa.”

Insa bahagia dan balas tersenyum manis pada Jinki. “Oppa.. Kau kalau tersenyum lebih baik. Jagalah eomma dan appa.”

“Iya.. Aku juga akan menjaga hatimu sekaligus.”

Oppa..” Insa menatap Jinki dengan mata sendunya kini dan Jinki mengerti walau Insa tidak mengucapkan sepatah katapun untuk meneruskan kalimatnya.

Jinki mengangguk dan mengambil Insa kepelukannya kembali dan mengecup kening Insa. “Lee Insa. Aku berjanji akan terus tersenyum untukmu. Aku tahu kau akan terus bersama kami. Istirahatlah yang damai di sana. Kami menyayangimu.” kata Jinki lalu tersenyum kembali. “Aku menyayangimu, Lee Insa.”

STORY END~!

~This story is mine. This plot is mine. Say no to plagiarsm.~
~ Publish by mamotho @ https://mamothozone.wordpress.com/~

A.n:
~  Ada yg banjir kah gara2 ini? ‘ngek! Ini sebelum banjir, aku kasih tisu atu-atu buat yang udah baca.

~ Otte? Tetep aja happy ending ujungnya, walau udah sad! Pokoknya yang baru baca.. Dont forget to leave comment^^/

About mamotho

Special Girl. Always loved her self, and know what makes she herself happy. Fangirlling is also her spirit (ʃƪ˘ﻬ˘) SHINee is her oxygen too!

Posted on 10 January 2012, in SHINee FF, TWOSHOT and tagged , , , . Bookmark the permalink. 52 Comments.

  1. hiksss 😥 eonnii~ kenapa sad endingg?
    huweehuweee, nyesek banget bacanya TT
    tapi daebakk :’D q sukaa

  2. Ttp unn tttpp menitihkan air mata *?*plakk hhe
    feel ny wl bc ulang uhhhhhh nyesesekkk ny krsa
    daebakkk 😉

  3. mybabyLionOnew

    gak sanggup.. gak bs nahan. huuaaaa pngen mewek

  4. Hiks., mengharukan eon

  5. eonni eonni.. aku teken tempat dulu… komen menyusul dikarenakan jaringan..kk

  6. nangis aku, eonnnnnnnnnnnnnnnnn :”””( huaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa……
    kenapa….. harussss… ada yg matiiiiiiiiiiiiiiiiii???? :((( hiks hisk hiks…
    keren tapi nyelekit, eon… huhuhuhu…………
    pas deket ultah jinki lagi… hueee.. aku jadi jinki sih malah ga bakal bisa senyum lagi kalo inget ada organ insa dalam tubuhku.. huaaaaaaaaa… huhuhuhuhu
    gimana nih, eon??? aku terlanjut tersayat (?) huahaha

  7. waaaah banjir saya =’)
    kenapa Insa-nya harus mati??! -___- kan onew oppa nya kasiman.. belum minta maap pula -,-
    sedih banget tapi aku suka ceritanya. bener-bener nyentuh eon =)

  8. Terharu bacanya, hiks hiks…
    Jinki beruntung punyak adik kayak gitu.

  9. banjir again T^T yang pas flashbacknya Insa dan eommanya! aih, gaada tissue, ujung bajupun jadi :’

    eonni dapet ilham dari airterjun manaaa??? aku mencoba bikin ff banjir tapi gagal melulu aaa

  10. pildayunitaemin

    Oniiiiiii !! Waeee ? Gue suka smua ff lo, tp gak yg sad ending, aer mata gue yang mahal terbuang krna ff mu *preet*
    sumpah onn banjir, hueeeee kk beradik yg hangat, coba gue ama kk gue bgono T.T
    onn buat ff nya yg pervert” aja dah gak usa yg ginian *emglosiapa* gue ogah nangis kalo bc ff, suka ny yg snyum” gaje :p*maunya*
    intinya gue nangis baca ni ff .

  11. eonni…. banjirr.. banjirr.. kamarku keseluruhannya ditengelami air mata.. huhu.. sad ending.. eonni, aku saran ni, bikin sequel nya.. bikin onew jumpa yeoja yg mirip bngat sama insa,, biar seru, itu yeoja juga dibikin dia tidak suka sama si onew.. hihi.. biar berbalik wataknya, kayak si insa yg bersikap dingin ke onew.. ini cuma saranan lho… x dibikin juga nggak pa2 tuh.. pokoknya ff eonni daebakk!! aku suka,…

  12. banjirr eonn~ TT
    tpi happy ending~ kkkk~
    choa” 😀

  13. eon,,,bnjir air mata niiiii,,kenapa hrus insa mati,,
    coba da sequelx eon,,
    kekekek,,pokokx T O P dh eon
    ni ff skses bwat aer mata q gq brnti2 jtuh(?)

  14. 21shineeshawol

    eon..!!!
    ni tika akhirnya bisa coment di page ini juga..
    keren eon cerita nya ngena banget..
    jinki jadi kelihatan manly banget didini eon..!!
    eon paling sad deh buat ff tentyang jinki oppa..

  15. astaganagaaa… jd mewek nihh’*tp nggk banjir yahh.. cckkkc* tragis bener critanya… serasa nnton film:( huhhhuhuhu… jaga hati insa yaaaa jinki… jaga hatimu untuk ku juga:p ngeekk…
    bagussssss onnie… lumayan kluarin air mata… ckckcckkc

  16. mewek lg kalo baca ff ne..

  17. Aku hujan ga banjir. Soalnya pas nih air mata di sudut, keburu end. Gajadi nangis xD
    tp tp,. ini nyesek unnie!! Kyaaaa unnie mahhh T.T sakitttt bacanya.

    Dan chukkae! Ini FF keempat yg brhasil bkin aku brkaca-kaca. Hohohoho :O

    cao ahhh xD hehe

    • AH, gagal maning deh eon!
      SAKIT! iyaa eon jg jadi inget ffmu yang belum baca ampe tamat, yang di tag di fb gening, yang key buta. Itu jg nyesek. belum berani baca lagi, lemah terhadap yg mewek2. hemmmmm~

      APADAH ITU!! KE-EMPAT?? telat dah eonni!!

  18. udah banjir eon .. Huaaaaaa

  19. kenapa insanya mati eoon??!! kenapaaaaa??!!! sad ending!!! nyeseeekk, eonniii!!! nyeseeekkkk!!!! hiksss *lapin ingus*

  20. kere FF-nya
    keep writing
    ^^

  21. eh maksudku keren bukan kere
    mian

  22. Alhamdulillah onew ga mati /plak ..
    Huweee
    kesian bngt si insa ..
    Hdup itu keras bung ..
    *apa dah gw
    kok bisa yg jd emak bpakny insa msh syang sm jinki ?
    Coba kalo gw jd orgtuany
    kalo gak gw bejek bejek tuh bocah
    ud bkan anak kndung ..
    Haisss
    meskipun dia stampan lee jinki leader SHINee gw ttp murka
    -SEKIAN-

  23. keluar ni air mata nya 😥

  24. oke thor
    mungkin ini terihat lebay tapi asli mata jadi banjir pas baca part ini
    asli thor langsung terbayang di imajinasi betapa sedihnya kejadian ini
    makasih thor udah buat saya nangis
    berhubung saya cuman punya 4 jempol jd saya kasi buat author semuanya 🙂

  25. hiks hiks hiks..

    pas onew teriak ANDWAEEE…. gk bisa nahan air mata ini. gk bisa ngabayangin gimana terpukulnya onew saat tau insa sudah tiada..

    sedih bgd cerita.a…

  26. leejintaehachokyu

    huaaaaa.aku kira ortunya ngasitau jinki bukan anak kandung karena biar nisa dijodohin sama insa…..rupanya….huaaaa.authoor tisunya kurang…….

KOMEN YO ( ˘ з˘ )/