BROTHER COMPLEX – After story

BROTHER COMPLEX – After story

Title : Brother Complex [Revision version]
Author : mamoTHo
Main Cast : Choi Minho, Choi Minhye
Other Cast : (SURPRISE!!)
Lenght : Oneshot
Genre : Bromance – family
Rate : PG 15

This Story©mamoTHo

*****

Minho dan Minhye kini sudah hidup sebagai pasangan suami istri. Mereka benar-benar menghilangkan status kakak beradik yang dulu melekat pada diri mereka. Kini mereka menempati rumah yang masih sama dengan rumah yang pernah menyaksikan mereka tumbuh dari kecil hingga sedewasa sekarang. Rumah itu memang merupakan rumah yang penuh kenangan. Mereka tidak akan pernah berniat untuk meninggalkan rumah dengan sejuta kenangan tersebut. Apalagi rumah itu juga yang sudah mempertemukan keduanya.

Seorang perempuan dewasa saat ini sedang memegang perutnya yang besar. Dia tak henti-hentinya menatap perutnya sendiri dan mengelus-ngelusnya pelan. Perempuan dewasa berambut panjang sepunggung, memakai bando, dan berperut besar itu adalah Minhye. Yap, Minhye sekarang sedang hamil 6 bulan. Dan karena ulah Minho itulah, dia jadi cuti dari kuliahnya untuk sementara. Minho masih suka over protektif sekalipun Minhye sudah menjadi miliknya. Pria itu melarang Minhye terlalu banyak melakukan aktifitas. Termasuk untuk keluar tanpa dirinya.

“Yeobooooo…” panggil suara seseorang yang turun dari lantai atas. Minhye tersenyum saat mendengarnya. Itu suara Minho, suami dan ayah dari anak yang kini dikandungnya.

Seorang pria yang sudah berpakaian rapi menampakan dirinya sambil tersenyum ke arah minhye. Pria itu sudah siap-siap untuk berangkat ke perusahaan game yang sekarang sudah sepenuhnya menjadi wewenangnya. Yap, pria itu tidak lain adalah Minho. Minho memang masih bolak-balik dengan kuliah dan pekerjaannya. Seiring berjalannya waktu, dia semakin dewasa dan menjadi sosok suami dan ayah yang baik bagi minhye dan anaknya. Minho memang sedang belajar menjadi seorang ayah.

“Kau sudah siap?” sapa Minhye sambil menyuguhkan orange cake pada suaminya yang sekarang sudah duduk di meja makan. Yeah, Minho memang sangat suka kue yang satu itu.

“Ne! Selalu siap untuk membuatmu dan anak kita bahagia.” kata Minho sambil melahapnya dan Minhye tersenyum saat melihat kebahagiaan terpancar dari wajah Minho.

“Aro, kau sudah mengatakan itu berulang kali, aku bosan.” sahut Minhye yang kini beralih untuk menyiapkan secangkir teh untuk Minho.

Minho mendelik ke arahnya dan menghampirinya.  Dia mulai dengan kebiasaan barunya, mendekap Minhye yang sedang hamil besar itu dari belakang.

“Yaa!! Hati-hati nanti tumpah!”

“Yeobo~ padahal kau sedang hamil, tapi aku merasa kau semakin sexy.” ujar Minho tak penting, mulai dengan tingkah mesumnya.

“Yaa! Oppa!!”

“Yaa! Jangan panggil aku oppa oppa oppa sudah berapa kali aku bilang, yeobo.” Minho mencubit pipi Minhye gemas.

“Ne, yeobo! Jangan dekat-dekat denganku!” pinta Minhye melepaskan rangkulan Minho. “Aku sedang hamil, kau lupa?”

Minho tetap memeluknya dan menggelayuti tubuh Minhye walau sudah dilarang.

“Yeobo~ aku sungguh mencintaimu, juga ini.” ucap minho sambil memegang perut Minhye. Minhye mendelik ke arah suaminya. Jarak pandang mereka sungguh dekat.

“Kau mau berbuat mesum ya?”

“Yaa~ selalu buruk sangka tentangku.”

Minho yang seperti ini jadi mengingatkan Minhye pada Minho yadong yang dulu pernah menipunya. Yeah, ingatannya kembali pada kejadian saat mereka baru saja pulang dari prosesi pernikahan mereka.

..Flashback..

Tepat di malam pengantin mereka. Minhye dan minho sama-sama terlihat kelelahan. Minhye yang baru melihat rumahnya langsung berjalan gontai sambil menuju kamar baru yang disulap Minho. Dia memandang takjub kamar itu karena Minho benar-benar membuat kamar orang tua mereka menjadi kamar mereka berdua. Dan nampaknya Minhye benar-benar menyukai tampilannya.

Mereka masuk ke kamar itu dan saling melempar pandang. Saat baru saja Minhye hampir merebahkan diri di tempat tidur, Minho dengan cepat menarik gadis itu kepelukannya membuat Minhye terkesiap.

“Jagi.. Aku ingin kamu sekarang.” ucap minho sambil tersenyum penuh tanda tanya. Maksud Minho menginginkan ‘itu’? Mungkin itu yang kini ada dipikiran Minhye.

Minho mengecup tengkuk yeoja itu, berusaha memulainya.

“Aku benar-benar lelah, oppa.”

“Yaa! Masih memanggil itu! Panggil aku apa saja asal jangan oppa. Aku geli mendengarnya. Kau kan anae-ku sekarang. Panggil aku jagi atau yeobo kek!” protes minho tidak terima. Sudah mengelak, minhye malah menyebutnya dengan sebutan oppa pula.

“Ih kau ini banyak maunya. Kau memangnya tidak capek? Aku capek berdiri seharian. Bagaimana kalau malam ini kita tidur cepat?” usul Minhye dan Minho memberengut. Tapi namja itu pada akhirnya mengerti dan mengurungkan niatnya untuk melakukan percintaan di atas ranjang bersama istrinya.

“Iyaa.. Ya sudah kau mandi. Aku juga akan mandi setelah itu! Baru kita tidur. Otte?!”

”Gomawoyo, jagi-ya!”ucap minhye sambil mencium pipi dan memeluk Minho.

***

Minho tidak melepaskan pandangannya dari anae-nya yang kini sedang membersihkan make-up yang masih menempel di wajahnya. Minhye yang masih memakai gaun pengantinnya benar-benar membuatnya tergoda. Gadis itu sungguh menawan di hari ini.  

Saat Minhye keluar kamar untuk mandi, di situ juga Minho mulai berkutat dengan kekesalannya.

“Aish~ aku sangat menginginkan itu. Bagaimana dia bisa santai seperti itu padahal ini malam pengantin kami? Dia memang lelah atau pura-pura tidak tahu sih?!” gerutu Minho yang begitu menginginkan Minhye di malam ini.

Beberapa saat kemudian Minhye masuk dengan rambut yang sedang dikeringkan oleh handuk kecil. Dia sudah berpakaian layaknya orang yang mau tidur.

“Yeobo.. giliranmu!” kata Minhye memberitahu.

Deg! Tidak salah dengar dia memanggilku yeobo? Pikir Minho padahal hatinya merasa senang karena dipanggil itu. Dia beralih dan menatap Minhye yang masih sibuk dengan dirinya sendiri.

“Kau ganti baju di mana?”

“Di kamarku. Kan pakaianku di sana semua. Kenapa memangnya?”

Ah ya! Aku lupa pakaian kami belum sempat aku pindahkan ke kamar baru. Tsk, Minho apa yang kau pikirkan, huh? Kau benar-benar mulai gila malam ini. umpatnya dalam hati pada diri sendiri. Yeah, dia baru saja memulai fantasinya.

***

Karena memang benar-benar lelah Minhye pun langsung merebahkan dirinya di ranjang barunya. Dia benar-benar kebingungan dimulai dari saat ini.

“Aigoo~ Apa yang harus aku lakukan sekarang? Sekamar dengan oppa?? Arghhh… Bagaimana gaya tidurku seharusnya? Apa aku harus menciumnya dulu sebelum tidur? Haruskah tidur berhadapan? Atau haruskah membuatkan teh seperti yang eomma lakukan pada appa? Aku benar-benar tidak tahu berperilaku seperti anae atau seperti biasa saja seperti saat aku dan dia masih berstatus kakak dan adik. Ah andwae! oppa bisa, eh, maksudku dia akan marah jika aku membahasnya.” dumal Minhye mulai cemas. Karena kebanyakan berpikir akhirnya dia pun tertidur sendiri.

***

Klek! Minho membuka pintu kamar barunya dan melihat seorang gadis yang sudah berada di alam tidurnya. Tepat, Minhye sudah tidur duluan sekarang. Dan karena itu pula, Minho jadi kesal bukan main.

“Astaga yeoja ini… Benar-benar kebangetan!”

Minho akhrinya membaringkan tubuhnya di sebelah Minhye yang saat ini membuatnya kesal. Ia jadi gelisah dan sebentar-sebentar melirik ke arah Minhye berharap gadis itu terbangun. Tapi nihil! Minhye sama sekali tidak bergerak sedikit pun.

 Step1, mula-mula hanya tidur lebih dekat dengannya dan memperhatikan secara close-up wajah polos Minhye.

Step2, kemudian memeluk yeoja itu dari belakang yang akhirnya membuat Minhye jadi sedikit terbangun. “Aku hanya ingin memelukmu!” bisik Minho dan kemudian minhye tertidur lagi.

Step3, selanjutnya Minho malah menciumi gadis itu. Entah leher, punggung, atau tengkuk yeoja itu berharap sebentar lagi Minhye akan menginginkannya juga.

BINGO!! Minhye pun terbangun dan langsung berbalik menghadap Minho. Dia menatap tajam pada suaminya sendiri. “Yeobo~ kau tidak hanya memelukku!” protesnya.

Minho masih diam tidak mengucap apa-apa.

“Baiklah kalau begitu. Kita lakukan itu, yeobo!”  ucap Minhye sambil mendesah pelan.

Minho tersenyum dan dengan senang hati dia melanjutkan aksinya. Dia benar-benar membuat gadis itu terpancing karena ulahnya. Dan karena itu pula malam ini berubah menjadi malam pengantin yang panjang untuk mereka.

..Flashback end..

Yeah, itulah pengalaman yang membuat Minhye selalu ingat dengan sikap mesum Minho. Minho yang terlalu menginginkannya, bahkan disaat mereka baru saja menjadi sepasang suami istri beberapa jam saja.

“Hajuh, ini semua karena ulah Choi Minho!” kata Minhye sambil memegang perutnya yang besar. Dia sedang mencoba duduk di meja dengan dengan dibantu Minho.

“Yaa! Kau juga selalu memelas dan menggodaku saat pengen! Bahkan saat kau sedang hamil, yeobo.” goda minho membuat Minhye mendengus sebal ke arahnya.

 “Aish~ Berat sekali. Kira-kira dia sebesar ayahnya tidak ya?”

Minho tersenyum pada Minhye mendengar betapa lucunya Minhye saat ini. Dia  berlutut di depan istrinya dan mulai mengusap perut ibu dari anaknya dengan pelan.

“Kau pasti jadi anak yang sehat seperti appa. Araseo!” ucap mInho sambil mengecup perut Minhye.

Hal itu terang saja membuat Minhye jadi terharu. Minho yang sedang berusaha menjadi appa. Dia bahagia setiap Minho memperhatikannya, juga pada malaikat kecil yang sedang dikandungnya.

“Gomawo yeobo, chagi, oppa-ku sayang..” ucap Minhye asal sambil mengelus rambut cepak Minho.

Minho berujung dengan mengerlingkan matanya, bersikap genit pada Minhye. “Aku jadi.. Pengen..” katanya.

“Yaa! Aku sedang hamil besar!”

Minho mengecup singkat bibir minhye. “Ara..ara! Jagalah anak kita.”

*****

6 years later!

Minhye dan Minho  sedang duduk di teras belakang rumah. Mereka berdua sedang memandangi langit seperti yang pernah mereka lakukan bersama beberapa tahun yang lalu. Minho merangkul istrinya yang kini bersender di bahunya. Nampaknya mereka berdua nyaman dengan posisi tersebut dalam waktu yang lama.

“EOMMA.. APPA!!” panggil suara cempreng seorang yeoja cilik. Minhye dan Minho pun menoleh ke sumber suara. Seorang gadis kecil di kuncir dua, menggunakan kaus santai dan celana pendek berjalan ke arah mereka.

“Kenapa, Minna?” tanya Minhye yang statusnya sudah berubah menjadi eomma sekarang.

Gadis cilik yang bernama Choi Minna itu membawa sebuah album foto. Foto keluarga. Dia dengan semangat menunjukan salah satu foto dan mulai menebaknya.

“Eomma, appa,  kalian sudah kenal dari kecil ya?” Minho dan Minhye hanya bisa tersenyum mendengarnya.

“Minna, sudah malam kita tidur yuk?” ajak Minho-appa pada anak 6 tahun itu.

“Sirreo!!”

Ya anak ini benar mirip eomma-nya, umpat minho dalam hati. Yeah, Minna memang tidak nurut padanya.

“Kau sering bilang begitu, jadi saja anak ini tidak menurut sepertimu.” bisik Minho pada Minhye.

“Molla..” respon Minhye cuek.

“HUEEEEE…..” tiba-tiba terdengar tangisan dari dalam rumah. Terang saja itu membuat Minho dan Minhye mendadak jadi cemas.

“Minna, itu adikmu kenapa?” tanya Minho dengan air muka panik.

“Molla!” jawab Minna mengikuti gaya eomma-nya yang akhirnya membuat Minho jengkel dan melihat ke arah Minhye.

*****

Minhye dan Minho  bangun dari tempat di mana mereka tadi menikmati malam damai mereka. Mereka  dengan segera menghampiri anak kedua mereka yaitu adik Minna. Namja cilik tampan bernama Choi Yoogen yang berumur 3 tahun.

“Minna!! Minna!!!” panggil Yoogen pada Minna kakaknya. Yoogen sedang menangis sembari mengacak-ngacak mainan di sekitarnya.

Minhye dan Minho saling melempar pandang dan kemudian melihat ke arah minna. Seperti bertanya dalam pikiran, ‘Yaaa, Minna, kau apakan Yoogen adikmu!’

“Molla! Aku tidak merebut apa pun darinya.” terang Minna yang sudah mengetahui isi pikiran eomma dan appa-nya.

Setelah aksi Yoogen yang menangis dan Minna yang tidak mau mengakui telah menangisi adiknya, mereka malah jadi bertengkar. Terang saja hal itu membuat Minho dan Minhye jadi pusing bukan main. Tapi, sifat keibuan dan kebapakan mereka sudah pasti bernilai 90 karena mereka pada akhirnya bisa melerai anak mereka yang bertengkar.

Sekarang Minna sudah digendong dan dibawa tidur oleh Minho di kamar yang statusnya dulu kamar Minhye, sedang Yoogen juga dibaringkan oleh Minhye di kamar yang dulu milik Minho. Melihat mereka saat kecil jadi mengingatkan kedua orang tua mereka dengan masa lalunya. Dulu baik Minhye atau Minho mana pernah bertengkar seperti itu. Pernah bertengkar, tapi tidak lain karena seputar sifat over protektif minho.

“Aku berdoa mereka tidak seperti kita.” ujar Minho tiba-tiba memecah keheningan Minhye yang kini sedang memandang anaknya dari luar kamar, setelah hampir menutup pintunya.

“Mwo?!”

“Sebaiknya kita harus mengakrabkan kedua anak itu agar persaudaraan di antara mereka benar-benar terasa, yeobo.”

Pletakkk!! Sebuah jitakan Minhye daratkan ke kepala Minho. Dia jadi gusar karena perkataan Minho barusan.

“Kau pikir mereka akan saling suka? Babo! Mereka tidak seperti kita, yeobo!”

“Bagaimana kalau kita buat 1 lagi? Yeoja atau namja tidak masalah. Aku agak khawatir jika kita hanya memiliki sepasang anak.” usul Minho sembari merangkul pinggang istrinya. Minhye mendelik kearah Minho.

“Alasan! Dasar kau saja memang yadong saja!”

Minho makin tersenyum mendengarnya, dan tidak habis akal, dia kini malah menggendong istrinya masuk ke kamar.

“Yaa! Lepaskan!” ronta Minhye.

“Kau sungguh membuatku tergoda, yeobo!” ucap Minho sambil menjatuhkan istrinya di tempat tidur mereka. “Lagi yah?”

~STORY END~

~This story is mine. This plot is mine. Say no to plagiarsm.~
  ~ Publish by mamotho @ https://mamothozone.wordpress.com/~

~ Huaaaaw~ saya inget! waktu tamatin ini langsung makan magnum!! kkk~ yah, biasanya klo sequel tamat ritualnya makan yang enak-enak. kk~

~ Buat Minho dan Minhye yang udah punya anak, jaga tuh, anak kalian. Jangan ampe kaya kalian lagi. Cepet bikin satu lagi! Biar ada yang ngingetin. lol~!

~ Oke deh!! No more brother complex lagi yaaa? cukup mereka berdua! Kita ga boleh kaya gitu. Walau bagaimanapun rasa sayang kita pada keluarga, ya, hanya sebatas rasa sayang pada keluarga, bukan cinta berlebihan. oke!

~ Sampai nanti!! semoga sukaaa dengan after story singkat ini^^/ kecuuppp!!